Etiologi Henti Jantung Mendadak
Etiologi henti jantung mendadak biasanya didasari penyakit jantung struktural. Sekitar 70% kasus henti jantung mendadak diakibatkan oleh penyakit jantung iskemik (infark miokardium).[1,3]
Etiologi
Penyakit jantung struktural terbanyak yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak adalah infark miokardium. Penyakit lainnya termasuk kardiomiopati, gagal jantung kongestif, displasia ventrikel kanan aritmogenik, kelainan katup jantung, penyakit jantung kongenital (Tetralogy of Fallot), dan tamponade jantung.[1,3]
Sementara itu, etiologi penyakit jantung non struktural meliputi inherited channelopathies (seperti long QT syndrome, short QT syndrome, Sindrom Brugada, sindrom repolarisasi dini, catecholaminergic polymorphic ventricular tachycardia, dan sindrom Wolff-Parkinson-White).[1,2]
Adapun kondisi gawat darurat yang dapat menjadi etiologi henti jantung mendadak yang reversible mencakup hipovolemia, hipoksia, kelebihan ion hidrogen (asidosis), hipoglikemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipotermia, tension pneumotoraks, tamponade jantung, toksin, trombosis (emboli paru), trombosis (infark miokardium).[1,2]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang memicu kejadian henti jantung mendadak umumnya sama dengan yang memicu penyakit jantung koroner, yaitu faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable).[1,3]
Faktor Risiko Modifiable
Faktor risiko yang dapat diubah antara lain:
- Merokok, diperkirakan sepertiga kematian akibat penyakit jantung koroner berhubungan dengan merokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.
Diabetes, risiko lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki yang mengalami diabetes. Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung.
- Hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia.
Hipertensi, risiko lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki yang mengalami hipertensi. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130‒139 mmHg dan tekanan diastolik 85/89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg.
Obesitas sentral, di mana lingkar perut ≥90 cm untuk laki laki dan ≥ 80 cm untuk perempuan akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
- Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit kardiovaskular.
- Pola makan tinggi kalori, lemak, dan garam, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.[1,3]
Faktor Risiko Non-Modifiable
Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain:
- Ras dan suku bangsa, di mana beberapa penelitian melaporkan bahwa ras kulit hitam lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskular (termasuk henti jantung mendadak) dibandingkan dengan ras kulit putih.
- Risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada usia >55 tahun untuk laki-laki dan >65 tahun untuk perempuan.
- Jenis kelamin laki-laki lebih berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Namun, perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan dapat berkurang seiring bertambahnya usia.
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner ataupun sudden cardiac arrest akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Eurena Maulidya Putri P.