Etiologi Disleksia
Etiologi pasti dari disleksia atau dyslexia masih belum diketahui. Namun, diperkirakan terjadi akibat interaksi faktor genetik dan lingkungan, termasuk kurangnya paparan terhadap lingkungan pendidikan.[1]
Genetik
Specific learning disorders (SLD) mempunyai komponen genetik yang kuat dengan risiko 4–8 kali pada keluarga derajat pertama individu yang mengalami disleksia.[2]
Riwayat kesulitan membaca pada keluarga dan kemampuan literasi orang tua bisa menjadi prediktor kesulitan membaca pada anak. Anak dengan riwayat keluarga disleksia mengalami penurunan aktivasi korelasi neural dalam pemrosesan informasi fonologis sebelum membaca bila dibandingkan dengan anak tanpa riwayat.[1,2]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko disleksia, antara lain status sosial ekonomi keluarga, lingkungan belajar, dan kelainan otak kongenital ataupun didapat. Berat badan lahir rendah juga merupakan faktor risiko terjadinya disleksia.
Faktor Riwayat Penyakit
Disleksia dikaitkan dengan riwayat lahir prematur dan berat badan lahir rendah. Riwayat kelainan otak kongenital atau didapat, seperti akibat infeksi kongenital, meningitis, atau ensefalitis, juga merupakan faktor risiko disleksia.[20-22]
Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang berperan pada terjadinya disleksia adalah berat badan lahir yang rendah, riwayat keluarga dengan kesulitan berbahasa, berbicara, membaca atau mengeja, atau orang tua maupun saudara yang tidak pernah/menghindari membaca.[4]
Riwayat attention-deficit hyperactivity disorder (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD) di keluarga serta riwayat gangguan berbicara dan berbahasa pada keluarga juga merupakan beberapa faktor risiko untuk disleksia.[4]
Faktor risiko lain adalah disfungsi keluarga dan masalah sosial, misalnya perceraian orang tua, kekerasan atau pengabaian pada anak, penyakit atau kematian pada anggota keluarga dekat. Selain itu, psikopatologi pada orang tua, usia orang tua yang terlalu muda, dan orang tua yang terlibat dalam penyalahgunaan zat juga dapat menjadi faktor riskio disleksia.[4]
Faktor Lingkungan Pendidikan
Kekurangan stimulasi lingkungan pendidikan bisa menjadi salah satu faktor risiko disleksia, misalnya kurangnya paparan terhadap bahan bacaan dan aktivitas membaca, panduan/pengajaran yang kurang memadai untuk belajar membaca. Faktor lainnya adalah kondisi-kondisi yang menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah, misalnya karena mengalami penyakit kronik.[4]
Faktor risiko lainnya adalah status sosial ekonomi yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, dan riwayat trauma pada masa kanak-kanak. Trauma pada masa kanak-kanak bisa memengaruhi kemampuan anak untuk belajar di sekolah.[3]
Gangguan Berbahasa
Anak-anak dengan kemampuan berbahasa yang buruk ketika masuk sekolah, berisiko tinggi untuk mempunyai prestasi belajar yang kurang, dan mereka yang mengalami gangguan perkembangan berbahasa juga sering mengalami kesulitan untuk membaca.[7]