Pendahuluan Luka Bakar Pada Anak
Luka bakar pada anak memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan luka bakar pada dewasa. Luka bakar pada anak dapat mengakibatkan morbiditas ataupun mortalitas yang tinggi, gangguan psikologis, dan gangguan kualitas hidup. Pada bayi dan anak, luka bakar dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang lebih berat dari pada dewasa. Luka bakar pada anak dapat disebabkan oleh cedera termal, listrik, kimiawi, dan radiasi.[1-8]
Bayi dan anak memiliki risiko hipotermia lebih besar dari pada dewasa. Pada bayi, proses evaporasi berjalan lebih cepat karena rasio luas permukaan tubuh yang lebih luas dibanding berat badannya. Semakin muda usia anak yang mengalami cedera inhalasi, maka risiko obstruksi jalan napas lebih besar karena ukuran saluran napas yang lebih pendek dan sempit.[2,5,6]
Diagnosis luka bakar pada anak perlu menghitung Total Body Surface Area (TBSA) yang mengalami luka bakar serta derajat luka bakar berdasarkan kedalamannya. Lokasi luka bakar juga akan menentukan pendekatan tata laksana. Lokasi pada wajah, terutama yang dicurigai menyebabkan trauma inhalasi, serta luka bakar pada tangan, kaki, dan genitalia cenderung memerlukan tata laksana spesialistik.[4,5,7]
Luka bakar superfisial dengan luas kurang dari 10%, tanpa faktor komorbid lainnya, dapat ditangani dengan rawat jalan. Sementara itu, penatalaksanaan awal luka bakar pada anak derajat sedang hingga berat ditekankan pada survei primer dan sekunder untuk mendeteksi dan menangani kegawatdaruratan yang mengancam nyawa.
Pada kasus derajat sedang hingga berat, resusitasi cairan harus dilakukan untuk mempertahankan output urine di atas 0,5 ml/kg/jam. Kebutuhan cairan dapat diukur dengan formula Parkland. Pada pasien yang dicurigai mengalami cedera inhalasi, berikan oksigen aliran tinggi sampai keracunan karbon monoksida dapat dieksklusi. Perawatan luka juga penting dalam manajemen luka bakar pada anak.[7,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B. SpBP-RE