Diagnosis Luka Bakar Pada Anak
Diagnosis luka bakar pada anak diawali dengan primary survey yang terdiri dari pemeriksaan airway, breathing, dan circulation. Selanjutnya, dokter perlu mengevaluasi luas dan kedalaman luka bakar.[5,29]
Anamnesis
Pada keadaan gawat darurat, anamnesis dilakukan pada secondary survey. Pada prinsipnya anamnesis dilakukan bila kondisi-kondisi yang mengancam nyawa telah diidentifikasi dan diatasi.
Data penting yang perlu didapatkan dari anamnesis adalah informasi terkait proses terjadinya cedera. Informasi ini meliputi waktu terjadinya cedera, etiologi, dan mekanisme terjadinya cedera. Evaluasi juga lama kontak dengan sumber cedera. Deteksi kemungkinan adanya cedera lain, misalnya cedera akibat jatuh dari ketinggian, trauma kepala dan servikal, serta trauma tumpul abdomen.
Selain itu perlu juga ditanyakan hal-hal penting terkait riwayat medis pasien, termasuk riwayat alergi, riwayat penyakit, dan pengobatan rutin. Riwayat waktu makan terakhir juga dapat ditanyakan untuk menilai risiko aspirasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran serta untuk merencanakan tindakan operasi yang memerlukan pembiusan. Hal lain yang dapat digali pada anamnesis adalah kemungkinan adanya luka bakar non-accidental pada anak-anak.[29-32]
Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera dapat berasal dari:
- Cairan panas (scald): jenis (cairan atau uap panas), suhu, dan durasi terpajan cairan
- Gesekan (friction): suhu yang dihasilkan oleh gesekan dan kondisi permukaan gesekan
- Api (flash/flame): produk yang terbakar atau meledak, lokasi terjadinya kebakaran apakah di ruang tertutup atau terbuka, adanya kemungkinan cedera inhalasi, dan durasi pajanan
Listrik: ukuran voltase, jenis arus listrik, durasi terpajan arus listrik
Bahan kimia: sifat bahan kimia (asam atau basa), sifat toksisitas bahan, durasi terpajan bahan kimia
- Radiasi : lama waktu terpapar sinar matahari atau zat-zat radioaktif untuk prosedur diagnostik atau terapetik
- Dingin (frostbite): suhu, durasi pajanan, serta kontak langsung dengan permukaan atau pajanan dingin[30,31]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien anak dengan luka bakar harus dilakukan secara bertahap dan teliti. Pemeriksaan meliputi primary survey, lalu dilanjutkan dengan menghitung luas dan kedalaman area luka bakar.
Primary Survey
Pemeriksaan fisik primary survey adalah tindakan pertama yang harus dilakukan saat menerima pasien luka bakar di unit gawat darurat. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan patensi jalan napas dan mencari tanda atau ancaman obstruksi. Selain itu, kemungkinan adanya cedera servikal juga perlu diantisipasi.
Pemeriksaan selanjutnya menilai sistem respirasi, yakni laju pernapasan dan saturasi oksigen, untuk mencari petunjuk bila terdapat tanda distres pernapasan. Rongga dada dan abdomen pada anak juga perlu diperiksa untuk mengevaluasi adanya eskar melingkar pada area tersebut karena kondisi ini dapat mengakibatkan restriksi pada proses respirasi.
Frekuensi dan kualitas pulsasi nadi serta tekanan darah dievaluasi untuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda syok. Akral dan capillary refill time pada ekstremitas juga dapat digunakan untuk menunjang kecurigaan adanya syok. Adanya perdarahan aktif juga perlu diidentifikasi dan segera dihentikan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik.[4,29,33]
Luas Luka Bakar
Luas luka bakar pada anak diukur berdasarkan persentase total body surface area(TBSA). Cara yang digunakan adalah rule of nine atau rule of palm. Meski demikian, kalkulasi pengukuran menggunakan rule of nine dianggap kurang presisi pada anak dan kalkulasi menggunakan rule of palm dianggap lebih efektif. Satu telapak tangan anak, tidak termasuk jari, dianggap setara kurang lebih 0,5% dari TBSA dan telapak tangan pasien termasuk jari dianggap setara 1% dari TBSA.[29-31]
Metode lain yang dianggap lebih presisi tapi lebih jarang digunakan adalah metode Lund-Browder. Besaran luas luka bakar menurut metode Lund-Browder tersaji dalam Tabel 1.[37]
Tabel 1. Ringkasan Metode Lund-Browder dalam Menghitung Estimasi Luas Luka Bakar
Area | Lahir hingga 1 tahun | 1-4 tahun | 5-9 tahun | 10-14 tahun | 15 tahun - dewasa | Dewasa |
Kepala | 9.5 | 8.5 | 6.5 | 5.5 | 4.5 | 3.5 |
Leher | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 |
Badan | 13 | 13 | 13 | 13 | 13 | 13 |
Lengan atas kiri | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 |
Lengan atas kanan | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 |
Lengan bawah kiri | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 |
Lengan bawah kanan | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 |
Tangan kiri | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 |
Tangan kanan | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 | 1.5 |
Paha kiri | 2.75 | 3.25 | 4 | 4.25 | 4.5 | 4.5 |
Paha kanan | 2.75 | 3.25 | 4 | 4.25 | 4.5 | 4.5 |
Betis kiri | 2.5 | 2.5 | 2.75 | 3 | 3.75 | 3.5 |
Betis kanan | 2.5 | 2.5 | 2.75 | 3 | 3.75 | 3.5 |
Telapak kaki kiri | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 |
Telapak kaki kanan | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 | 1.75 |
Bokong kiri | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 |
Bokong kanan | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 | 2.5 |
Genitalia | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 |
*hitung 2x untuk bagian posterior dan anterior untuk semua area kecuali genitalia dan bokong
Sumber: dr. Naila Fariq, Alomedika, 2022.[37]
Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dapat diukur berdasarkan derajat luka bakar atau berdasarkan ANZBA (Australian and New Zealand Burn Association).
Derajat Luka Bakar:
Luka bakar dapat dibagi menjadi derajat 1 hingga 3. Luka bakar derajat 1 hanya mempengaruhi epidermis. Area luka bakar berwarna merah, nyeri, kering, dan tidak melepuh. Contoh luka bakar derajat 1 adalah kulit terbakar matahari.
Luka bakar derajat 2 disebut sebagai luka bakar ketebalan parsial. Luka bakar derajat 2 melibatkan epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit. Area yang mengalami luka bakar tampak merah, melepuh, dan mungkin bengkak dan nyeri.
Luka bakar derajat 3 disebut sebagai luka bakar ketebalan penuh. Luka bakar derajat 3 melibatkan epidermis dan dermis. Luka bakar derajat 3 juga dapat merusak tulang, otot, dan tendon di bawahnya. Area yang terbakar tampak putih atau hangus. Tidak ada sensasi di daerah tersebut karena ujung saraf ikut hancur.[29,34-36]
Kedalaman Menurut ANZBA (Australian and New Zealand Burn Association):
Klasifikasi yang disusun oleh ANZBA (Australian and New Zealand Burn Association) membagi kedalaman luka bakar menjadi 5 kategori, yakni epidermal, superficial dermal, mid dermal, deep dermal, dan full thickness. Penilaian kedalaman luka bakar ini dilakukan dengan mengevaluasi ada tidaknya bula, warna luka, dan capillary refill time.
Klasifikasi menurut ANZBA erat kaitannya dengan prediksi penyembuhan kulit yang terbakar, sehingga berimplikasi pula pada rencana tata laksana pasien. Semakin dangkal luka bakar semakin baik penyembuhannya.[29,34-36]
Tabel 1. Tampilan Klinis dan Prediksi Kesembuhan Kedalaman Luka Bakar Berdasarkan Klasifikasi ANZBA
Kedalaman | Bula / blister | Warna Kulit | Capillary refill time | Waktu penyembuhan | Skar/ bekas luka |
Full thickness | Tidak ada | Putih kecoklatan / kehitaman / kemerahan | Absen | membutuhkan skin graft | Ada |
Deep dermal | Ada / tidak ada | Merah bintik-bintik putih | >2 detik / absen | membutuhkan skin graft | Ada |
Mid dermal | Ada | Pink tua | >2 detik | 2-3 minggu, membutuhkan skin graft | Ada |
Superficial dermal | Ada | Merah / Pink muda | 1-2 detik | Dalam 14 hari | hipopigmentasi |
Epidermal | Tidak Ada | Merah | 1-2 detik | Dalam 7 hari | Tidak ada |
Sumber: dr. Naila Fariq, Alomedika, 2022.[29,34-36]
Keparahan Luka Bakar
Berdasarkan keparahan, luka bakar pada anak dibagi menjadi luka bakar ringan, luka bakar sedang, dan luka bakar berat.[10,29]
Luka bakar ringan pada anak mencakup:
- Luas luka bakar < 10% dari TBSA
- Luka bakar derajat IV atau full-thickness < 2% tanpa mengenai mata, telinga, wajah, tangan, kaki atau perineum
- Tanpa komorbid[29]
Luka bakar derajat sedang pada anak mencakup:
- Luas luka bakar 10-15% dari TBSA
- Luka bakar derajat IV atau full-thickness < 10% tanpa mengenai mata, telinga, wajah, tangan, kaki atau perineum
- Luka bakar melingkar
- Luka bakar yang dicurigai adanya cedera inhalasi
- Adanya komorbid seperti malnutrisi
Luka bakar derajat berat pada anak mencakup:
- Luas luka bakar > 15% dari TBSA
- Luka bakar derajat IV atau full-thickness > 10%
- Semua luka bakar yang mengenai mata, wajah, telinga, tangan, kaki, sendi, atau perineum (risiko defisit fungsional)
- Semua luka bakar dengan cedera inhalasi
- Semua luka bakar dengan trauma mayor, seperti cedera kepala atau fraktur
- Luka bakar listrik dan kimia atau luka bakar karena ledakan
- Luka bakar dengan komorbid berat seperti epilepsi dan diabetes pada anak[10,29]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding luka bakar pada anak adalah selulitis, erisipelas, Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), dan sindrom Stevens-Johnson (SJS).[43,44]
Erisipelas dan Selulitis
Erisipelas dan selulitis merupakan infeksi bakteri pada kulit yang menyebabkan peradangan eritematosa pada kulit. Erisipelas terjadi pada bagian superfisial kulit (superficial cutaneous lymphatics), ditandai dengan kemerahan berbatas tegas. Selulitis melibatkan dermis bagian dalam ditandai dengan kemerahan dengan batas tak jelas. Pada selulitis, lesi kulit dapat terbentuk vesikel, bula atau adanya peau d'orange.[45-47]
Defek yang terjadi pada kulit hampir menyerupai luka bakar, namun mekanisme cedera berbeda dengan luka bakar. Pada luka bakar, juga dapat terjadi komplikasi selulitis.[43,47]
Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) dan Sindrom Stevens-Johnson (SJS)
TEN dan SJS disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe IV yang ditandai dengan adanya bula dan kerusakan membran mukosa. Pada TEN dan SJS tidak ada paparan zat yang dapat menyebabkan luka bakar. TEN dan SJS juga biasanya terjadi pada area yang sangat luas di tubuh setelah konsumsi obat pencetus alergi.[49,50]
Pemeriksaan Penunjang
Pasien luka bakar anak yang superfisial dengan TBSA kurang dari 10%, tanpa faktor komorbid lainnya, dapat dirawat jalan dan jarang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Pada pasien yang membutuhkan resusitasi cairan, pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan.[4,7,10,33,39-42]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap untuk luka bakar pada anak digunakan untuk menilai hemokonsentrasi, kadar leukosit, dan hitung jenis leukosit untuk mengetahui status infeksi. Morfologi darah merah dapat diperiksa untuk mengetahui status anemia sebagai komplikasi dari luka bakar. Pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar dapat dilakukan untuk data baseline untuk evaluasi kondisi pasien selama perawatan.[38,39]
Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Pemeriksaan analisis gas darah digunakan untuk melihat kadar oksigen, karbon monoksida (terutama pada cedera inhalasi), dan ketidakseimbangan asam dan basa.[4,29]
Pemeriksaan Elektrolit
Pasien anak lebih rentan mengalami imbalans elektrolit. Pemeriksaan elektrolit untuk luka bakar pada anak dilakukan pada pasien yang dicurigai adanya gangguan elektrolit. Pengukuran kadar elektrolit dapat membantu pemilihan cairan yang tepat, tetapi pemberian cairan tidak boleh ditunda karena menunggu hasil pemeriksaan elektrolit.[4,7]
Pemeriksaan Kultur Darah
Pada luka bakar dengan infeksi sekunder, pemeriksaan kultur darah digunakan untuk mengetahui bakteri dan jamur penyebab infeksi sehingga dapat dipilihkan antibiotik atau antijamur secara spesifik terhadap patogen penyebab.[4,32,39]
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis bertujuan untuk mengetahui kadar protein yang ada pada urine serta kondisi urine sebagai imbas dari kerusakan pada ginjal.[4,42]
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan untuk luka bakar pada anak adalah pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi cedera yang terjadi bersamaan dengan luka bakar pada anak.
Pemeriksaan EKG juga dapat dilakukan karena efek gangguan elektrolit, sengatan listrik, peningkatan permeabilitas, dan hipoperfusi jaringan berimbas pada aktivitas jantung.[4,38]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B. SpBP-RE