Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Luka Bakar Pada Anak general_alomedika 2022-11-02T14:58:26+07:00 2022-11-02T14:58:26+07:00
Luka Bakar Pada Anak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Luka Bakar Pada Anak

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Patofisiologi luka bakar pada anak terbagi menjadi dua fase, yakni fase akut dan fase sistemik. Fase akut terjadi pada 24-48 jam pertama, di mana fase akut merupakan respon lokal dari luka bakar, sedangkan fase lanjut merupakan respon sistemik dari luka bakar yang reaksi inflamasinya melibatkan berbagai sistem organ.[4,10]

Fase Akut

Fase akut luka bakar pada anak terjadi pada 24-48 jam setelah cedera termal. Pelepasan mediator inflamasi, trombosit dan leukosit menempel pada endotel kapiler pembuluh darah mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang berakibat pada hilangnya cairan dari sirkulasi ke ruang intersisial yang menyebabkan hipovolemia.[4,11]

Meningkatnya permeabilitas kapiler menyebabkan resistensi pembuluh darah perifer di mana terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskular melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan elektrolit dan timbul bula maupun edema. Respon kardiovaskuler ditandai dengan penurunan tekanan darah dan cardiac output.[4,8]

Terdapat tiga zona setelah luka bakar terjadi, yakni zona koagulasi (nekrosis), zona stagnan (iskemik), dan zona hiperemia (zona inflamasi). Derajat cedera seluler tergantung pada zona cedera yang mencakup autofagi seluler yang berlangsung 24 jam pertama, selanjutnya dalam 24-48 jam terjadi apoptosis awitan tertuda dan adanya stress oksidatif reversibel.[4,7,11,12]

Zona Koagulasi

Zona koagulasi disebut juga zona nekrosis, karena banyak terjadi nekrosis pada bagian ini terutama pada bagian tengahnya. Pada zona ini struktur protein menggumpal karena albumin berubah menjadi struktur yang padat, menyebabkan serat protein terdenaturasi, sehingga terjadi kerusakan sel irreversibel.[4,11]

Zona Stagnan

Zona stagnan atau disebut dengan zona iskemik ditandai dengan penurunan perfusi jaringan ditandai dengan penurunan aliran darah ke ginjal dan penurunan glomerular filtration rate (GFR). Sel-sel yang ada pada daerah ini masih hidup yang berpotensi dapat diselamatkan  jika resusitasi cairan adekuat. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler membaik dan terjadi penyerapan kembali cairan ekstravaskuler ke intravaskuler yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.[4,11]

Zona Hiperemia

Zona hiperemia atau disebut dengan zona inflamasi merupakan zona terluar dari luka bakar yang ditandai dengan vasodilatasi inflamasi yang membuat perfusi jaringan meningkat.[4,11]

Fase Lanjut

Fase lanjut terjadi pada luka bakar yang luas dan berat di mana respon inflamasinya melibatkan berbagai sistem organ. Terjadi perubahan patologis pada kardiovaskuler, renalis dan metabolisme yang mempengaruhi berbagai sistem organ. Efek sistemik memperlihatkan terjadinya hipovolemia, imunosupresi, katabolisme, dan hilangnya proteksi intestinal dan terjadinya edema paru.[4,7,8,11]

Perubahan Patologis Kardiovaskular

Perubahan patologis pada kardiovaskuler disebabkan karena pelepasan mediator inflamasi seperti  interleukin dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α) dan sitokin yang berlebihan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Permeabilitas kapiler yang meningkat membuat kebocoran sehingga terjadi perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler sehingga terjadi edema atau bula.[8,10]

Kebocoran kapiler membuat tubuh kehilangan elektrolit. Kehilangan elektrolit berlebihan dapat menyebabkan aritmia. Selain itu, kebocoran kapiler juga berimbas pada kerja jantung terjadi, peningkatan afterload dan menurunkan kontraktilitas otot jantung. Jantung bekerja dengan cara meningkatkan sirkulasi dan aliran darah untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan oksigen ke sel.

Penurunan volume intravaskuler, peningkatan resistensi perifer, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi menyebabkan pasokan oksigen ke jaringan menurun sehingga terjadi gangguan perfusi yang dapat menyebabkan syok.[4,8]

Perubahan Patologis Renal

Perubahan patologis pada renal selama fase akut mencakup penurunan laju filtrasi glomerulus, sedangkan pada fase lanjut laju filtrasi meningkat namun fungsi tubulus terganggu karena aliran plasma ke ginjal berkurang yang disebabkan oleh hilangnya volume intravaskuler. Pasien bisa mengalami oligouria yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut juga dapat disebabkan oleh mediator stress yang dilepaskan oleh ginjal sebagai respon cedera luka bakar.[7,8]

Perubahan Patologis Sistem Respirasi

Perubahan patologis sistem respirasi dikaitkan dengan cedera inhalasi. Adanya peningkatan permeabilitas vaskuler menyebabkan edema pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan obstruksi jalan napas karena laringospasme atau bronkospasme. Adanya radikal yang terhirup juga dapat membuat iritasi pada saluran napas yang memicu pelepasan mediator inflamasi.

Mediator inflamasi yang dilepaskan karena rusaknya sel mukosa karena edema dan iritasi saluran napas membuat peradangan pada paru-paru. Peradangan paru dan hipoperfusi jaringan memicu hipoksemia. Hipoksemia membuat cedera paru akut yang memicu terjadinya hipertensi pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas, penurunan komplians paru, yang dapat berimbas pada acute respiratory distress syndrome (ARDS).[4,13]

Perubahan Patologis Gastrointestinal

Perubahan patologis pada gastrointestinal dimulai ketika suplai darah ke gastrointestinal berkurang segera setelah cedera termal berlangsung. Suplai darah yang kurang, peningkatan permeabilitas, dan gangguan hipoperfusi pada intestinal membuat mukosa intestinal rusak. Hal ini membuat barier pertahanan terganggu, sehingga bakteri atau endotoksin mudah bertranslokasi.[4,13,14]

Perbedaan Luka Bakar pada Anak dan Dewasa

Patofisiologi luka bakar pada anak memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan kasus luka bakar pada pasien dewasa, karena adanya perbedaan kondisi fisiologis antara pasien anak dan dewasa.

Jalan Napas dan Pernapasan

Airway pada pasien anak relatif lebih pendek dan memiliki diameter lebih kecil dibandingkan pasien dewasa, sehingga risiko obstruksi jalan napas menjadi lebih besar. Karena itu, anak-anak dapat memiliki masalah breathing yang lebih serius.[4,7,8,10]

Sirkulasi

Dari aspek circulation, anak-anak memiliki rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang lebih besar dibandingkan orang dewasa, sehingga memerlukan cairan resusitasi yang lebih banyak. Selain itu, perbedaan fisiologis tersebut juga membuat anak lebih rentan mengalami hipotermia.[4,7,8,10]

Kulit dan Sistemik

Anak-anak memiliki kulit yang lebih tipis, sehingga panas dengan suhu tertentu yang mengenai kulit anak-anak akan menyebabkan luka bakar yang relatif lebih dalam dibandingkan dengan orang dewasa. Sistem imun yang belum sempurna juga menyebabkan anak lebih mudah mengalami infeksi dan sepsis. Anak-anak juga memiliki cadangan kalori yang lebih sedikit, sedangkan kebutuhan kalori dan protein pada anak lebih besar daripada orang dewasa.[4,7,8,10]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B. SpBP-RE

Referensi

4. Korzeniowski T, Mertowska P, Mertowski S, Podgajna M, Grywalska E, Strużyna J, Torres K. The Role of the Immune System in Pediatric Burns: A Systematic Review. J Clin Med. 2022 Apr 18;11(8):2262. doi: 10.3390/jcm11082262. PMID: 35456354; PMCID: PMC9025132.
7. Jeschke MG, van Baar ME, Choudhry MA, et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers, 2020. 6, 11. https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
8. Christie D, Dewi R, Pardede O, Wardhana, A. Luka Bakar pada Anak Karakteristik dan Penyebab Kematian. Majalah Kedokteran UKI, 2018. 34(3), 131 - 143. https://doi.org/10.33541/mkvol34iss2pp60
9. Noskiewicz J, Juszczak P, Mańkowski P. Evaluation of nutritional therapy in paediatric burn injuries. Pediatria Polska, 2019. 94. 1-5. 10.5114/polp.2019.83735.
10. Budić DSI, Vlajković A, Milenovic M and Stević M. Pediatric Burn Injury: Key Points for The Anaesthesiologist. Update in Anaesthesia, 2021. ISSN 1253-4882. https://resources.wfsahq.org/wp-content/uploads/Update-35-Paediatric-Burn_WFSA_D_19_00018-Final-2.pdf
11. Kawalec AM. Problem of Burns in Children: Opportunities for Health Improvement. In (Ed.), Essentials of Accident and Emergency Medicine. IntechOpen. 2018. https://doi.org/10.5772/intechopen.74490
12. Beg M, Ghodinde S, Gupta V. Plant Mediated Green Synthesis of Zinc Oxide Nanoparticles for Burn Wound Therapy. 2020. 10.20944/preprints202007.0519.v1. https://www.researchgate.net/publication/343183276
13. Nielson CB, Duethman NC, Howard JM, Moncure M, Wood JG. Burns: Pathophysiology of Systemic Complications and Current Management. J Burn Care Res. 2017 Jan/Feb;38(1):e469-e481. doi: 10.1097/BCR.0000000000000355. PMID: 27183443; PMCID: PMC5214064.
14. He W, Wang Y, Wang P, Wang F. Intestinal barrier dysfunction in severe burn injury. Burns Trauma. 2019 Jul 26;7:24. doi: 10.1186/s41038-019-0162-3. PMID: 31372365; PMCID: PMC6659221.

Pendahuluan Luka Bakar Pada Anak
Etiologi Luka Bakar Pada Anak

Artikel Terkait

  • Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
    Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
  • Bullae Luka Bakar: Apakah Harus Dipecahkan?
    Bullae Luka Bakar: Apakah Harus Dipecahkan?
  • Mencegah dan Mengobati Kontraktur Akibat Luka Bakar
    Mencegah dan Mengobati Kontraktur Akibat Luka Bakar
  • Penanganan Awal Cedera Tersengat Listrik
    Penanganan Awal Cedera Tersengat Listrik
  • Penghitungan Kebutuhan Cairan Resusitasi pada Anak dengan Luka Bakar
    Penghitungan Kebutuhan Cairan Resusitasi pada Anak dengan Luka Bakar

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
drg.SARAFINA GHASANI
Dibalas 15 April 2025, 11:08
Pengobatan pertama pada bula agar tidak membesar
Oleh: drg.SARAFINA GHASANI
2 Balasan
Alo dokter. Pengobatan pertama yang dapat saya lakukan apa ya dok untuk mencegah biar tidak membesar, apakah ini bahaya atau tidak?
Anonymous
Dibalas 10 April 2025, 11:06
Konsul perawatan pasien luka bakar akibat minyak panas 4 hari yang lalu
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo DokterPasien post terkena minyak panas pada hari jumat (07 april 2025) pada bagian betis kiri hingga paha, diawal luka tidak timbul bula. 6 jam post...
Anonymous
Dibalas 10 Februari 2025, 08:54
Penggunana salep luka bakar karena tersiram air panas pada ibu menyusui
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya mendapatkan pasien ibu menyusui bayi 4 bln, mengalami luka bakar karna tersiram air panas. Pertanyaannya kapan ibu tersebut bisa menyusui...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.