Edukasi dan Promosi Kesehatan Tongue-Tie
Edukasi tongue-tie atau ankyloglossia diperlukan terkait observasi, pilihan terapi seperti frenotomi, dan konseling menyusui. Saat mengedukasi orang tua, ibu perlu diberitahu bahwa tidak semua bayi dengan tongue-tie akan mengalami kesulitan menyusui. Bila bayi dapat menyusu dengan baik, maka tongue-tie tidak memerlukan intervensi khusus.
Edukasi Pasien
Apabila tongue-tie bersifat simptomatik, penanganan pertama yang disarankan adalah penanganan konservatif 24–48 jam sambil observasi. Hal ini mencakup suplementasi dengan ASI perah, memperbanyak frekuensi menyusui, memperbaiki posisi dan perlekatan menyusui, serta memperbanyak kontak bayi dengan kulit ibu. Apabila tidak didapatkan perbaikan, maka mungkin diperlukan tindakan seperti frenotomi.
Tongue-tie dapat menyebabkan gangguan kebersihan mulut yang bisa berujung pada gingivitis dan periodontitis. Selain itu, tongue-tie dapat menyebabkan kesulitan makan (misalnya menjilat es krim) dan bermain alat musik tertentu, sehingga bisa menimbulkan rasa malu pada anak. Tongue-tie juga bisa menyebabkan gangguan artikulasi, seperti kesulitan menyebut huruf ‘s’ dan ‘r’. Pada keadaan ini, edukasi dan pelatihan berbicara mungkin diperlukan.[1,13]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tongue-tie merupakan gangguan perkembangan arkus faringeal pada periode intrauterine minggu ke 4–7 minggu. Tongue-tie diduga berhubungan dengan kelainan genetik yang belum dapat dicegah.
Pada tongue-tie atau ankyloglossia, pencegahan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi, misalnya konseling menyusui agar intake tetap adekuat. Terapi berbicara juga mungkin diperlukan, berkaitan dengan kesulitan artikulasi pada tongue-tie.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli