Prognosis Hipernatremia
Prognosis hipernatremia dipengaruhi oleh keparahan dan awitan terjadinya peningkatan natrium. Komplikasi berupa gangguan neurologis dapat terjadi apabila hipernatremia tidak dikoreksi atau koreksi dilakukan terlalu agresif.[13,19]
Komplikasi
Gangguan neurologis dapat terjadi akibat hipernatremia yang tidak ditangani secara adekuat maupun akibat koreksi natrium yang terlalu cepat. Koreksi natrium yang agresif lebih sering menyebabkan gangguan neurologis dibandingkan dengan kehilangan cairan yang tidak dikoreksi pada hipernatremia.
Hipernatremia juga dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid atau perdarahan subdural akibat ruptur vena serebral. Gangguan neurologis yang dapat muncul pada hipernatremia berupa kejang, perubahan kesadaran, atau edema otak.[4,19]
Penurunan cairan dan volume otak yang terjadi pada hipernatremia akut disebabkan oleh perpindahan osmotik cairan bebas keluar sel otak, menyebabkan sel otak mengkerut. Kemudian sel otak beradaptasi untuk mengembalikan volume dengan peningkatan zat organik ke dalam sel. Dibutuhkan beberapa waktu agar akumulasi zat organik tersebut dapat menghilang.
Koreksi yang terlalu cepat dapat menyebabkan perpindahan molekul air secara pasif ke dalam ruang intraseluler yang relatif hipertonik. Hal ini menyebabkan sel membengkak, rusak, hingga kematian sel.
Edema otak lebih berbahaya apabila terjadi pada pasien anak karena ruang intrakranial dipenuhi oleh jaringan otak, dibandingkan dengan pasien lansia yang sudah mengalami atrofi otak.[3,6,12]
Prognosis
Keparahan dan mortalitas hipernatremia dipengaruhi oleh kadar natrium dan kecepatan peningkatan natrium. Angka mortalitas pada pasien dengan kadar natrium >150 mmol/L yang dirawat di ICU adalah sekitar 30-48%.
Sebuah penelitian pada pasien hipernatremia berat (>160 mmol/l) di Turki, mendapatkan bahwa mortalitas terkait dengan tekanan darah sistolik yang rendah, pH rendah, peningkatan osmolaritas plasma, kecepatan penurunan natrium rata-rata > 0,134 mmol/L/jam, dehidrasi, dan pneumonia.[6,13]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja