Pendahuluan Agnosia
Agnosia merupakan kelainan neurologi langka yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk mengidentifikasi suatu benda oleh salah satu indera. Kegagalan identifikasi tersebut dapat terjadi pada modalitas visual, auditori, atau taktil. Kegagalan muncul meskipun modalitas indera yang terlibat tidak mengalami kelainan dalam menerima informasi sensorik. Oleh karenanya, individu yang mengalami ketulian yang tidak dapat mengenali suara palu diketuk, tidak dianggap mengalami agnosia.
Agnosia dapat disebabkan oleh kerusakan atau degenerasi pada area otak yang mengintegrasikan persepsi, memori, dan identifikasi. Contoh kondisi medis yang dapat menyebabkan agnosia adalah tumor otak, cedera otak traumatik, penyakit Alzheimer, ataupun stroke.
Terdapat 3 jenis agnosia berdasarkan jenis stimulusnya, yaitu agnosia visual, agnosia auditori, dan agnosia taktil. Agnosia visual merupakan gangguan identifikasi benda-benda yang dilihat tanpa adanya gangguan fungsi penglihatan, kemampuan berbahasa, serta memori. Khusus untuk kondisi tidak mampu mengidentifikasi wajah orang-orang yang sebelumnya sudah dikenal atau mengenali wajah baru disebut prosopagnosia.
Agnosia auditori merupakan gangguan pengenalan suara dengan organ pendengaran dan kemampuan berbahasa yang normal. Agnosia taktil merupakan gangguan identifikasi ukuran, tekstur, dan berat melalui sentuhan meskipun kemampuan sensorik taktil baik.
Agnosia dapat diidentifikasi secara klinis. Pencitraan otak dengan CT Scan kepala atau MRI otak dapat digunakan untuk mencari penyebab yang mendasari. Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk agnosia. Rehabilitasi medik dengan terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Meskipun gejala agnosia dapat membaik dengan terapi dan berjalannya waktu, mayoritas pasien akan memiliki gejala sisa.[1-3]