Patofisiologi Agnosia
Lesi pada sistem saraf pusat merupakan dasar patofisiologi agnosia. Agnosia terjadi ketika terdapat lesi pada jalur yang menghubungkan area-area pemrosesan sensorik primer. Lokasi lesi yang berbeda akan menghasilkan manifestasi klinis yang berbeda pula.
Lesi pada agnosia dapat timbul akibat cedera langsung pada otak, maupun akibat degenerasi. Agnosia dapat disebabkan oleh tumor otak, hipoksia, cedera otak traumatik, infeksi, penyakit Alzheimer, ataupun stroke. Tabel 1 menunjukkan beberapa lokasi lesi dan jenis agnosia yang akan ditimbulkan.[1,5,7,9]
Tabel 1. Lokasi Lesi dan Agnosia Yang Ditimbulkan
Jenis Agnosia | Lokasi Lesi |
Apperceptive visual agnosia | Korteks parietooksipital |
Associative visual agnosia | Korteks oksipitotemporal inferior |
Prosopagnosia | Gyrus fusiformis atau lobus temporal anterior |
Simultanagnosia | Korteks oksipitotemporal |
Agnosia Warna | Korteks oksipitotemporal |
Topographical agnosia | Area cingulatum posterior |
Agnosia auditori | Gyrus supratemporal, gyrus Heschl |
Agnosia taktil | Gyrus postsentralis |
Sumber: dr. Nindy Adhilah, 2021.[1,5,7,9]
Agnosia Visual
Agnosia visual merupakan gangguan dalam mengidentifikasi benda-benda yang dilihat meskipun pasien memiliki fungsi penglihatan, kemampuan berbahasa, serta memori yang normal. Secara garis besar, agnosia visual dibedakan menjadi apperceptive agnosia dan associative agnosia.
Apperceptive agnosia merupakan kegagalan pada proses awal persepsi stimulus, sedangkan associative agnosia atau amnestic agnosia merupakan kegagalan pada proses interpretasi stimulus.[1-2]
Terdapat beberapa tipe agnosia visual, yaitu:
Visual object agnosia: ketidakmampuan seseorang untuk mengenali dan mengidentifikasi gambar atau objek yang dilihat
- Prosopagnosia: ketidakmampuan seseorang untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang sebelumnya sudah dikenal, serta ketidakmampuan untuk mengenali wajah baru
- Simultanagnosia: ketidakmampuan seseorang untuk mengidentifikasi beberapa stimulus visual dalam satu waktu. Jika ada beberapa objek bersamaan, pasien hanya mampu mengidentifikasi satu objek saja
- Agnosia warna: ketidakmampuan seseorang untuk mengidentifikasi warna benda meskipun fungsi diskriminasi warnanya dalam batas normal. Pasien mengalami kesulitan untuk menentukan warna suatu benda. Sebagai contoh, pasien dapat memberi apel warna biru
Topographical agnosia: ketidakmampuan seseorang untuk menginterpretasikan informasi spasial
Finger agnosia: ketidakmampuan seseorang untuk membedakan jari-jari tangan
- Akineptosia: ketidakmampuan seseorang untuk merasakan gerakan
Pure alexia atau word blindness: ketidakmampuan seseorang untuk membaca huruf dan kata-kata. Seseorang dengan pure alexia masih dapat menulis dan menyalin kata, tetapi tidak mampu membacanya[1,2,4,5]
Agnosia Auditori
Agnosia auditori merupakan gangguan dalam mengenali suara meskipun organ pendengaran dan kemampuan berbahasa dapat berfungsi dengan normal. Beberapa jenis agnosia auditori, yaitu:
Verbal auditory agnosia atau pure word deafness: ketidakmampuan seseorang untuk memahami bahasa verbal, tetapi masih dapat memahami suara nonverbal. Pasien dengan verbal auditory agnosia masih memiliki kemampuan untuk membaca, menulis, serta berbicara untuk melakukan komunikasi
Non-verbal auditory agnosia: ketidakmampuan seseorang untuk mengenali suara nonverbal, tetapi masih mampu memahami bahasa verbal. Suara nonverbal tersebut dapat berupa suara hewan, suara instrumen seperti dering telepon, bunyi bel, atau suara ombak
- Amusia: ketidakmampuan seseorang untuk mengenali suara musik[1,2,6,7]
Agnosia Taktil
Agnosia taktil atau astereognosis merupakan gangguan dalam mengidentifikasi ukuran, tekstur, serta berat dari suatu benda melalui rangsangan sentuh meskipun kemampuan sensorik taktil berfungsi dengan baik.
Astereognosis dibedakan menjadi 2, yaitu defisit primer dan defisit sekunder.
- Defisit primer: dikenal sebagai morfognosia, merupakan gangguan pengenalan karakter fisik dari suatu objek, seperti ukuran, bentuk, dan teksturnya
- Defisit sekunder: pada defisit sekunder pasien mampu mengenali ukuran, bentuk, serta tekstur benda, tetapi tidak mampu menggabungkan informasi tersebut untuk mengidentifikasi benda yang disentuh[1,2,8]