Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Restless Legs Syndrome general_alomedika 2024-05-13T14:06:01+07:00 2024-05-13T14:06:01+07:00
Restless Legs Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Restless Legs Syndrome

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Restless legs syndrome (RLS) atau penyakit Willis-Ekbom merupakan gangguan neurologi di mana terdapat urgensi untuk menggerakan anggota tubuh, terutama ekstremitas inferior. Kondisi ini biasanya disertai atau diawali dengan rasa tidak nyaman yang membaik dengan pergerakan, dan memburuk saat istirahat, misalnya di malam hari. Saat beraktivitas, biasanya keluhan berkurang atau menghilang.[1,2]

Penyebab RLS belum diketahui, diduga melibatkan mutasi atau defisiensi gen. RLS lebih banyak terjadi pada wanita, perokok, mereka yang mengonsumsi alkohol dan usia yang lebih tua.

restless leg syndrome-min

Dahulu, RLS diklasifikasikan berdasarkan etiologinya menjadi primer dan sekunder. Penyebab sekunder yang dikaitkan dengan RLS adalah gagal ginjal kronis, defisiensi besi, dan kehamilan terutama trimester 3. Namun, RLS sekunder dari kondisi ini diperkirakan sebagai komplikasi keadaan klinis tersebut, sehingga istilah RLS sekunder sudah tidak disarankan lagi.[2–6]

Patofisiologi RLS belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi, beberapa teori, seperti defisiensi besi pada sistem saraf pusat, serta gangguan pada sistem dopaminergik diperkirakan berhubungan dengan patofisiologi RLS. Polimorfisme genetik juga diduga berperan dalam patofisiologi RLS, dengan gen yang ditemukan paling berhubungan adalah MEIS1.[2,5]

Karakteristik khas RLS adalah gerakan ritmik, terutama pada tungkai. Diagnosa RLS ditegakkan berdasarkan kriteria International RLS Study Group (IRLSSG) tahun 2014. Pertanyaan mengenai urgensi untuk menggerakan kaki saat tidur di malam hari/istirahat merupakan pertanyaan yang paling penting karena memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 97% dalam diagnosis. Pemeriksaan fisik pada RLS harus disertai dengan pemeriksaan neurologis, untuk menyingkirkan kemungkinan neuropati perifer.[1,2,6]

Pemeriksaan penunjang biasanya tidak rutin dilakukan untuk menegakkan diagnosis RLS, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya kondisi klinis yang berkaitan dengan RLS, misalnya identifikasi defisiensi besi, mengeksklusi kemungkinan gangguan neurologis. Pada kasus RLS yang disertai gangguan tidur, polisomnografi dapat dilakukan.[5,6,24]

Pemilihan tata laksana RLS dilakukan berdasarkan skoring IRLSSG. Pada pasien dengan gejala RLS yang ringan (skor 1–10), mungkin tidak memerlukan tata laksana medikamentosa. Semua pasien RLS perlu diedukasi tata laksana nonmedikamentosa yang mencakup perubahan gaya hidup, contohnya sleep hygiene.

Frekuensi gejala RLS juga memengaruhi pilihan agen farmakologi yang diberikan. Tata laksana medikamentosa untuk RLS meliputi agonis dopamin, seperti pramipexole; antikonvulsan, seperti gabapentin; opioid; dan suplementasi besi sesuai indikasi.[1,2,5,7,8]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Ghifara Huda

Referensi

1. Klingelhoefer L, Cova I, Gupta S, Chaudhuri KR. A review of current treatment strategies for restless legs syndrome (Willis–Ekbom disease). Clin Med. 2014 Oct;14(5):520–4.
2. Silber MH, Buchfuhrer MJ, Earley CJ, Koo BB, Manconi M, Winkelman JW, et al. The Management of Restless Legs Syndrome: An Updated Algorithm. Mayo Clin Proc. 2021 Jul 1;96(7):1921–37.
3. García-Martín E, Jiménez-Jiménez FJ, Alonso-Navarro H, Martínez C, Zurdo M, Turpín-Fenoll L, et al. Heme Oxygenase-1 and 2 Common Genetic Variants and Risk for Restless Legs Syndrome. Medicine (Baltimore), 2015 Aug; 94(34). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4602895/
4. Winkelmann J, Schormair B, Xiong L, Dion PA, Rye DB, Rouleau GA. Genetics of restless legs syndrome. Sleep Med. 2017 Mar;31:18–22.
5. Mansur A, Castillo PR, Rocha Cabrero F, Bokhari SRA. Restless Legs Syndrome. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430878/
6. Heidbreder DA, Trenkwalder DC, Deutsche Gesellschaft für Neurologie (DGN), Deutsche Gesellschaft für Schlafforschung und Schlafmedizin (DGSM). Entwicklungsstufe: S2k Federführend: Leitlinien für Diagnostik und Therapie in der Neurologie. Restless Legs Syndr. 2023;72.
7. Guo S, Huang J, Jiang H, Han C, Li J, Xu X, et al. Restless Legs Syndrome: From Pathophysiology to Clinical Diagnosis and Management. Front Aging Neurosci. 2017;9:171.
8. Memon MD, Faiz S, Zaveri MP, Perry JC, Schuetz TM, Cancarevic I. Unraveling the Mysteries of Restless Leg Syndrome. Cureus. 2020 Oct 14;12(10):e10951.
24. Rundo JV, Downey R. Chapter 25 - Polysomnography. In: Levin KH, Chauvel P, editors. Handbook of Clinical Neurology. Elsevier; 2019. p. 381–92. (Clinical Neurophysiology: Basis and Technical Aspects; vol. 160). https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780444640321000254

Patofisiologi Restless Legs Synd...

Artikel Terkait

  • Obat yang Berpotensi Mencetuskan Restless Legs Syndrome
    Obat yang Berpotensi Mencetuskan Restless Legs Syndrome
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 21 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 20 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.