Etiologi Restless Legs Syndrome
Etiologi restless legs syndrome atau RLS adalah idiopatik, tetapi peran genetik seperti mutasi atau defisiensi gen MEIS1, diduga menjadi etiologi RLS. Sebelumnya etiologi RLS dibagi menjadi primer dan sekunder, di mana RLS sekunder berhubungan dengan keadaan klinis atau penyakit tertentu, seperti kehamilan, gagal ginjal kronis dan defisiensi zat besi. Kondisi ini menyebabkan disfungsi neurotransmitter, terutama sistem dopaminergik.
Akan tetapi, pembagian primer dan sekunder ini sudah tidak digunakan lagi, karena terdapat kemungkinan bahwa RLS pada penyebab sekunder ini sebenarnya merupakan komplikasi dibandingkan penyebab.[2–6]
Peranan Genetik dalam Etiologi RLS
Saat ini terdapat beberapa dugaan bahwa beberapa polimorfisme genetik, seperti MEIS1, BTBD9, MAP2K5/SKOR1, dan NOS1, dianggap memiliki hubungan dengan RLS. Gen MEIS1 dan BTBD9 dianggap berhubungan dengan RLS karena pengaruhnya pada jalur dopamin. Sedangkan MAP2K5/SKOR1 pada jalur MAP kinase, dan NOS1 pada jalur arginin.[4,6,8,11]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang diduga paling berhubungan dengan RLS adalah defisiensi zat besi, gagal ginjal kronis (GGK), kehamilan, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Faktor risiko lainnya meliputi usia, penyakit kardiovaskular, gangguan neurologis, dan gangguan psikiatri.
Defisiensi Zat Besi
Defisiensi zat besi pada beberapa studi dianggap memiliki hubungan yang erat dengan RLS. Hal ini diduga karena peran besi dalam metabolisme sel dan neurotransmitter, serta perkembangan sel neuron, seperti myelinisasi. Suplementasi besi pada mereka dengan defisiensi besi perifer, yaitu feritin serum <50 µg/L, pada beberapa studi memberikan perbaikan klinis gejala RLS.[2,5,7,9]
Gagal Ginjal Kronis (GGK)
Mekanisme gagal ginjal kronis (GGK) yang berakhir dengan RLS belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi, terdapat beberapa teori, seperti peningkatan kadar kreatinin, defisiensi besi, perubahan metabolisme thalamus yang berhubungan dengan onset dan progresi RLS, dan hiperparatiroidisme sekunder yang berhubungan dengan kejadian RLS. Selain itu, ditemukan variasi genetik pada GGK yang juga berhubungan dengan RLS, seperti BTBD9.
Kondisi RLS juga banyak ditemukan pada pasien GGK yang melakukan dialisis. Belum diketahui dengan pasti mekanisme hubungan GGK yang sudah memerlukan dialisis maupun uremia dengan RLS. Akan tetapi, ditemukan perbaikan gejala RLS pada beberapa pasien posttransplantasi ginjal.[2,5,6,8]
Kehamilan
Hubungan kehamilan dengan RLS dianggap karena adanya perubahan fisiologis yang menyebabkan ibu hamil rentan defisiensi nutrisi. Beberapa kondisi pada ibu hamil yang dapat berhubungan dengan RLS adalah defisiensi zat besi dan vitamin D, perubahan metabolisme kalsium, serta perubahan hormonal seperti kadar estrogen yang lebih tinggi.
Kondisi lainnya adalah hipertensi pada kehamilan dan preeklamsia. Gejala RLS umumnya muncul pada trimester 3, tetapi belum diketahui dengan jelas mekanismenya.[2,5,8,12]
Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Konsumsi beberapa obat-obatan juga diduga menjadi faktor risiko RLS, seperti:
- Antihistamin dengan mekanisme kerja sentral, seperti antihistamin generasi pertama, misalnya chlorpheniramine maleate
- Agen dopamin antagonis, seperti promethazine, dan antiemetik yang sifatnya antidopaminergik, misalnya metoclopramide
- Antidepresan dan anticemas, seperti fluoxetine dan escitalopram
- Neuroleptik, seperti olanzapine
-
Beta blocker, seperti bisoprolol
- Antikonvulsan, seperti carbamazepine
- L-tiroksin
Mood stabilizer, seperti lithium[1,2,5,7,13]
Faktor Risiko Lainnya
Faktor risiko RLS lainnya adalah usia >50 tahun, keluarga inti dengan RLS, dan gangguan neurologis, seperti pada penyakit Parkinson dan neuropati perifer. Kondisi lainnya, seperti penyakit kardiovaskular termasuk infark miokard, hipertensi, diabetes mellitus; serta depresi juga dihubungkan dengan RLS karena adanya gejala RLS pada beberapa pasien dengan kondisi ini.[5,7,9,14]
Gangguan psikiatri, seperti depresi dan cemas, atau konsumsi kafein berlebihan juga berhubungan dengan RLS. Pada kondisi ini, terapi faktor risiko lebih diperlukan untuk mendapatkan remisi gejala RLS.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Ghifara Huda