Edukasi dan Promosi Kesehatan Restless Legs Syndrome
Edukasi dan promosi kesehatan pada restless leg syndrome atau RLS kontrol gaya hidup, seperti sleep hygiene, dan tidak mengonsumsi alkohol dan kafein. Tata laksana faktor risiko, seperti suplementasi untuk defisiensi zat besi dan tempat tidur dialisis dengan sepeda pada pasien gagal ginjal kronis, juga merupakan bagian edukasi dan pencegahan RLS pada kelompok ini.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan RLS yang utama adalah melakukan terapi nonmedikamentosa. Terapi nonmedikamentosa dapat mengurangi keperluan terapi farmakologi pada RLS gejala ringan dan mengurangi keperluan dosis pada RLS sedang-berat. Terapi nonmedikamentosa meliputi sleep hygiene, tidak mengonsumsi kafein dan alkohol terutama sebelum tidur, olahraga, dan mengelola stress terutama pada mereka dengan depresi.[1,5]
Selain terapi medikamentosa, kontrol rutin untuk mengevaluasi perjalanan penyakit, respon serta efek samping terapi harus dilakukan. Terapi medikamentosa, misalnya agen dopaminergik, memiliki efek samping augmentation, sehingga perlu dievaluasi kembali apakah gejala bertambah berat setelah terapi dimulai. Terapi dengan suplementasi zat besi juga memerlukan kontrol kadar ferritin serum 3–4 bulan setelah terapi diberikan, selanjutnya setiap 3–6 bulan tergantung klinis sampai ferritin serum >100 µg/L.[1,2,14]
Pada pasien yang tidak memiliki komplikasi, direkomendasikan untuk tetap melakukan follow up setiap 6–12 bulan. Hal ini karena gejala dapat kembali dan evaluasi ulang perlu dilakukan. Sebelum kontrol, pasien direkomendasikan agar mencatat ada atau tidaknya gejala per hari selama 7–14 hari sebelum hari kontrol untuk mempermudah dokter mengevaluasi gejala dan keperluan terapi.[1]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama dilakukan pada kondisi klinis yang berhubungan dengan RLS, seperti gagal ginjal kronis dan penyakit kronis lainnya. Pasien dengan gagal ginjal kronis disarankan untuk melakukan dialisis rutin. Begitu pula dengan untuk penyakit kronis lainnya, misalnya kontrol gula darah untuk pasien dengan diabetes mellitus.
Defisiensi besi dapat ditemukan pada pasien berisiko, misalnya diet vegetarian tanpa konsultasi gizi dan kehamilan. Pada kondisi ini, konsumsi sumber makanan yang kaya vitamin C dan zat besi, seperti bayam, kacang kedelai, tofu, dan kacang almond dapat disarankan. Suplementasi besi tambahan juga dapat diberikan sesuai indikasi.[1,2,14,27]
Penulisan pertama oleh: dr. Ghifara Huda