Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Restless Legs Syndrome general_alomedika 2024-05-13T14:06:51+07:00 2024-05-13T14:06:51+07:00
Restless Legs Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Restless Legs Syndrome

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Patofisiologi restless legs syndrome (RLS) diduga berhubungan dengan disfungsi sistem dopamin, defisiensi besi, dan defisiensi/mutasi gen, seperti MOS1 dan MEIS1. Mekanisme pasti patofisiologi RLS belum diketahui.

Meski demikian, perjalanan penyakit akhirnya mengarah pada disregulasi dopamin yang selanjutnya memengaruhi pemrosesan sinyal sensorik di bagian dorsal medulla spinalis. Gangguan pemrosesan ini yang memberikan gejala sensorik dan motorik pada RLS.[5–9]

Sistem Dopaminergik dan Restless Leg Syndrome

Proses integrasi sensorimotor berada di bawah kendali neuron monoaminergik di otak. Neuron monoaminergik ini memiliki proyeksi neuron yang berhubungan dengan 3 area, salah satunya regio A11 di area dorsal-posterior hipotalamus (dopamin). Terdapat 5 reseptor dopamin, yaitu D1 sampai D5.

Reseptor D1 dan D3 diduga memiliki peranan dalam RLS. Reseptor D1 terletak di kornu ventralis medula spinalis dan striatum. Reseptor ini berperan dalam modulasi aktivitas motorik dan kontrol gerakan, dan jumlahnya meningkat pada usia tua dengan RLS.

Sedangkan reseptor D3 yang terutama di nucleus accumbens striatum dan kornu dorsal spinalis pada area yang memodulasi sensorik. Pada pasien RLS yang mendapat dopamin agonis (yang bekerja di reseptor D3), ditemukan perbaikan klinis pada periode tertentu dan augmentation. Hal ini yang menyebabkan dugaan peran D1 dan D3 dalam patofisiologi RLS.[9,10]

Peran Genetik

Beberapa literatur menyatakan adanya peran gangguan genetik pada patofisiologi RLS, dengan mekanisme yang masih belum diketahui dengan jelas. Gangguan genetik ini berakhir pada gangguan homeostasis besi di otak maupun gangguan signal neurotransmitter, seperti dopamin yang merupakan neurotransmitter monoamin dan arginin.[7,8]

Beberapa gen, seperti MEIS1, BTBD9, dan NOS1, sampai saat ini masih diteliti hubungannya dengan RLS. Gen ini berperan dalam perkembangan saraf embrio dan perkembangan ekstremitas. Dari gen yang diteliti ini, defisiensi atau mutasi MEIS1 pada beberapa studi dianggap memiliki hubungan paling erat dengan RLS.[7,8]

MEIS1 dianggap berperan dalam homeostasis dan regulasi besi, seperti ekspor besi dari sel, dan transpor besi ke mitokondrium. MEIS1 juga dianggap berpotensi memengaruhi gen BTBD9 yang memiliki peran dalam biosintesis dopamin dan regulasi tidur lewat mekanisme yang sampai saat ini belum diketahui.[7,8]

Defisiensi Zat Besi

Mekanisme peran besi dalam patofisiologi RLS belum diketahui dengan jelas. Besi berada dalam protein yang berperan dalam proses metabolisme sel, seperti fosforilasi oksidatif dan transpor oksigen, mengandung besi. Defisiensi zat besi memberikan komplikasi berupa kondisi hipoksia jaringan, serta gangguan fungsi dan struktur otak.

Besi juga terdapat pada protein yang berperan dalam proses mielinisasi, serta sintesis dan metabolisme neurotransmitter. Diperkirakan pula, bahwa besi memengaruhi jalur dopaminergik, karena ditemukan penurunan kadar dopamin ekstraseluler dan reseptor D1 dan D2 pada saat terjadi defisiensi besi di otak.

Beberapa studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa defisiensi besi berhubungan dengan kematian sel dopaminergik pada substansia nigra dan opioid. Disfungsi dopaminergik sendiri berhubungan dengan gangguan medial pain system, yang kemudian menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien dengan RLS.[7]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Ghifara Huda

Referensi

5. Mansur A, Castillo PR, Rocha Cabrero F, Bokhari SRA. Restless Legs Syndrome. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430878/
6. Heidbreder DA, Trenkwalder DC, Deutsche Gesellschaft für Neurologie (DGN), Deutsche Gesellschaft für Schlafforschung und Schlafmedizin (DGSM). Entwicklungsstufe: S2k Federführend: Leitlinien für Diagnostik und Therapie in der Neurologie. Restless Legs Syndr. 2023;72.
7. Guo S, Huang J, Jiang H, Han C, Li J, Xu X, et al. Restless Legs Syndrome: From Pathophysiology to Clinical Diagnosis and Management. Front Aging Neurosci. 2017;9:171.
8. Memon MD, Faiz S, Zaveri MP, Perry JC, Schuetz TM, Cancarevic I. Unraveling the Mysteries of Restless Leg Syndrome. Cureus. 2020 Oct 14;12(10):e10951.
9. Trenkwalder C, Allen R, Högl B, Clemens S, Patton S, Schormair B, et al. Comorbidities, treatment, and pathophysiology in restless legs syndrome. Lancet Neurol. 2018 Nov 1;17(11):994–1005.
10. Clemens S. D3 Receptors and Restless Legs Syndrome. In: Boileau I, Collo G, editors. Therapeutic Applications of Dopamine D3 Receptor Function: New Insight After 30 Years Of Research. Cham: Springer International Publishing; 2023. p. 229–49. https://doi.org/10.1007/7854_2022_351

Pendahuluan Restless Legs Syndrome
Etiologi Restless Legs Syndrome

Artikel Terkait

  • Obat yang Berpotensi Mencetuskan Restless Legs Syndrome
    Obat yang Berpotensi Mencetuskan Restless Legs Syndrome
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.