Etiologi Abortus
Etiologi abortus yang paling sering adalah kelainan kromosom. Beberapa penyebab lain dari abortus adalah kelainan traktus genitalis, penyakit ibu dan gangguan sistemik ibu. Sementara itu, faktor risiko abortus dapat berasal dari janin seperti blighted ovum atau berasal dari ibu hamil seperti mioma yang besar.[12,13]
Etiologi
Abortus atau luruhnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 22 minggu dapat disebabkan oleh kelainan pertumbuhan embrio, kelainan plasenta, komorbiditas pada ibu, bahkan kelainan traktus genitalis.
Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Kelainan ini biasanya menyebabkan abortus pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah kelainan kromosom. Selain itu, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi juga bisa terjadi akibat abnormalitas pada tempat implantasi yang kurang sempurna atau endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.[7,14]
Kelainan Plasenta
Kelainan pada plasenta yang sering terjadi yaitu endarteritis atau abnormalitas arteri plasenta yang terjadi pada vili koriales dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.[1-4,15]
Penyakit Ibu
Beberapa penyakit ibu yang dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pyelonephritis, dan malaria. Selain itu, infeksi sistemik lain yang juga bisa mengakibatkan abortus antara lain rubela, infeksi CMV (cytomegalovirus), herpes genital aktif, toxoplasmosis, dan infeksi menular seksual seperti sifilis dan chlamydia.[16,17,18]
Kelainan Traktus Genitalis
Kelainan traktus genitalis seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan terjadinya abortus. Abortus juga dapat disebabkan oleh serviks inkompeten akibat kelemahan bawaan servik, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan serviks.[15,18]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi faktor janin dan faktor ibu.
Faktor Janin
Faktor janin merupakan faktor tersering yang dapat menyebabkan abortus. Faktor janin meliputi kelainan telur (blighted ovum), kerusakan embrio akibat kelainan kromosom dan abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasia trofoblas).[7,14,15,18]
Faktor Ibu
Kelainan uterus seperti mioma yang besar dan banyak atau adanya sinekia pada uterus dapat meningkatkan risiko abortus. Penyakit metabolik dan hormonal ibu seperti diabetes mellitus, hipotiroid, dan anemia juga meningkatkan risiko terjadinya abortus. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin sehingga kadar oksigen dalam darah rendah dan dapat menyebabkan kematian janin.
Penyakit imunologi seperti sindrom antifosfolipid juga dapat menyebabkan abortus akibat kadar antibodi dalam sirkulasi darah untuk melawan fosfolipid membran dan mengakibatkan abortus berulang, trombosis dan kematian janin. Selain itu, usia ibu juga mempengaruhi angka kejadian abortus, dimana semakin muda atau tua wanita saat hamil maka semakin tinggi risiko terjadinya aborsi.[15,18]
Penulisan pertama oleh: dr. Pika Novriani Lubis