Epidemiologi Abortus
Data epidemiologi menunjukkan bahwa mayoritas kasus abortus terjadi pada trimester pertama. Risiko abortus meningkat seiring dengan semakin tua usia ibu hamil.[15,18]
Global
Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi 23 juta abortus setiap tahun, yang berarti 44 kasus setiap menit. Angka risiko mengalami abortus diperkirakan sekitar 15,3% dari semua kehamilan yang diketahui. Prevalensi populasi wanita yang pernah mengalami abortus sekali adalah 10,8%, dua kali adalah 1,9%, dan tiga atau lebih adalah 0,7%.[19]
Di Amerika Serikat, angka kejadian abortus secara keseluruhan dilaporkan 15-20% dari seluruh kehamilan. Frekuensi abortus spontan meningkat lebih lanjut seiring peningkatan usia ibu. Sekitar 80% kasus abortus terjadi pada trimester pertama. Angka kejadian abortus menurun seiring bertambahnya usia kehamilan.[15,18]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai abortus di Indonesia. Namun, dilaporkan bahwa angka kematian ibu saat ini masih tinggi di Indonesia, yaitu mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sementara itu, analisis determinan kematian ibu yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 melaporkan bahwa 4 % kasus kematian ibu terjadi pada kehamilan kurang dari 20 minggu yang disebabkan oleh abortus.[25]
Mortalitas
Abortus dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi yang dialami pasien, seperti perdarahan masif atau infeksi. Selain itu, wanita yang pernah mengalami abortus juga mengalami peningkatan risiko pada kehamilan selanjutnya. Risiko mencakup perdarahan antepartum, plasenta previa, ketuban pecah dini, kelahiran prematur, kematian bayi perinatal, berat badan lahir rendah, preeklampsia, dan solusio plasenta.[19]
Penulisan pertama oleh: dr. Pika Novriani Lubis