Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Abortus general_alomedika 2024-10-14T10:46:26+07:00 2024-10-14T10:46:26+07:00
Abortus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Abortus

Oleh :
dr.Giovanny Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Patofisiologi abortus melibatkan adanya abnormalitas kromosom, disregulasi sistem imun, dan defek fase luteal. Hasil akhir adalah meluruhnya atau keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 22 minggu.[1-4]

Abnormalitas Kromosom

Abnormalitas kromosom janin akan menyebabkan peningkatan reaksi sistem imun ibu yang ditandai dengan peningkatan TNF dan IL-1-0. Ini akan menyebabkan gangguan perkembangan plasenta, baik morfologi dan fungsi, termasuk ukuran, bentuk dan vaskularisasi. Abnormalitas kromosom juga dikaitkan dengan invasi trofoblas abnormal di desidua sehingga terjadilah apoptosis janin.[6,7]

Disregulasi Imunologi selama Kehamilan

Kehamilan bisa terjadi karena interaksi imun-endokrin. Respon imun terjadi karena hasil konsepsi mengandung sel paternal. Selanjutnya, kehamilan dapat dipertahankan karena rangsangan hormon progesteron yang bekerja dengan mempertahankan proses desidualisasi dan mengontrol kontraksi uterus.

Progesteron akan memicu keluarnya Progesterone Induced Blocking Factor (PIBF) oleh limfosit dan sel desidua. PIBF sendiri merupakan anti abortus karena melindungi fetus dari sel imun. PIBF juga akan merangsang modulasi sitokin dari Th1 menjadi Th2.

Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan respon inflamasi sistemik maternal dengan ketidakseimbangan rasio Th1/Th2 di sirkulasi maternal pasien abortus. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kadar progesteron serum dan PIBF yang rendah akan meningkatkan risiko abortus.[8,9]

Defek Fase Luteal

Defek luteal diduga berperan dalam menyebabkan terjadinya abortus. Meski demikian, teori ini masih menuai perdebatan karena ada juga beberapa studi yang menunjukkan fase luteal yang pendek tidak berkaitan dengan risiko abortus.

Sebelum plasenta mengambil alih produksi progesteron, progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Adanya defek fase luteal menyebabkan abortus karena berkurangnya hormon progesteron yang berperan penting dalam mempertahankan kehamilan.[10,11]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Pika Novriani Lubis

Referensi

1. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Clinical Management Guideline for Obstetrician and Gynecologist : Early Pregnancy Loss. Practice Bulletin, 2017. 150:1-10
2. Musik T, Grimm J, Juhasz-Böss I, Bäz E. Treatment Options After a Diagnosis of Early Miscarriage: Expectant, Medical, and Surgical. Dtsch Arztebl Int. 2021 Nov 19;118(46):789-794. doi: 10.3238/arztebl.m2021.0346. PMID: 34696822; PMCID: PMC8864670.
3. Cubo AM, Soto ZM, Haro-Pérez A, Hernández Hernández ME, Doyague MJ, Sayagués JM. Medical versus surgical treatment of first trimester spontaneous abortion: A cost-minimization analysis. PLoS One. 2019 Jan 10;14(1):e0210449. doi: 10.1371/journal.pone.0210449. Erratum in: PLoS One. 2019 Mar 29;14(3):e0214707. PMID: 30629715; PMCID: PMC6328124.
4. Sapra KJ, Joseph KS, Galea S, Bates LM, Louis GM, Ananth CV. Signs and Symptoms of Early Pregnancy Loss. Reprod Sci. 2017 Apr;24(4):502-513. doi: 10.1177/1933719116654994. Epub 2016 Sep 27. PMID: 27342274; PMCID: PMC5933199.
6. Pal AK, Ambulkar PS, Waghmare JE, Wankhede V, Shende MR, Tarnekar AM. Chromosomal Aberrations in Couples with Pregnancy Loss: A Retrospective Study. J Hum Reprod Sci. 2018 Jul-Sep;11(3):247-253. doi: 10.4103/jhrs.JHRS_124_17. PMID: 30568354; PMCID: PMC6262666.
7. Blue NR, Page JM, Silver RM. Genetic abnormalities and pregnancy loss. Semin Perinatol. 2019 Mar;43(2):66-73. doi: 10.1053/j.semperi.2018.12.002. Epub 2018 Dec 19. PMID: 30638594; PMCID: PMC8272960.
8. Li D, Zheng L, Zhao D, Xu Y, Wang Y. The Role of Immune Cells in Recurrent Spontaneous Abortion. Reprod Sci. 2021 Dec;28(12):3303-3315. doi: 10.1007/s43032-021-00599-y. Epub 2021 Jun 8. PMID: 34101149; PMCID: PMC8186021.
9. Ticconi C, Pietropolli A, Di Simone N, Piccione E, Fazleabas A. Endometrial Immune Dysfunction in Recurrent Pregnancy Loss. Int J Mol Sci. 2019 Oct 26;20(21):5332. doi: 10.3390/ijms20215332. PMID: 31717776; PMCID: PMC6862690.
10. Ku CW, Tan ZW, Lim MK, Tam ZY, Lin CH, Ng SP, Allen JC, Lek SM, Tan TC, Tan NS. Spontaneous miscarriage in first trimester pregnancy is associated with altered urinary metabolite profile. BBA Clin. 2017 Aug 19;8:48-55. doi: 10.1016/j.bbacli.2017.07.003. PMID: 28879096; PMCID: PMC5574812.
11. Duane M, Schliep K, Porucznik CA, Najmabadi S, Stanford JB. Does a short luteal phase correlate with an increased risk of miscarriage? A cohort study. BMC Pregnancy Childbirth. 2022 Dec 9;22(1):922. doi: 10.1186/s12884-022-05195-9. PMID: 36482355; PMCID: PMC9733331.

Pendahuluan Abortus
Etiologi Abortus

Artikel Terkait

  • Progesteron Oral VS Per Vaginam untuk Tata Laksana Abortus Imminens
    Progesteron Oral VS Per Vaginam untuk Tata Laksana Abortus Imminens
  • Apakah Antibiotik Profilaksis Perlu Diberikan pada Semua Tindakan Kuretase
    Apakah Antibiotik Profilaksis Perlu Diberikan pada Semua Tindakan Kuretase
  • Bagaimana Edukasi Pasien Yang Meminta Aborsi Di Indonesia
    Bagaimana Edukasi Pasien Yang Meminta Aborsi Di Indonesia
  • Efikasi Modalitas Tata Laksana pada Keguguran
    Efikasi Modalitas Tata Laksana pada Keguguran
  • Kuretase Tajam Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Evakuasi Intrauterin
    Kuretase Tajam Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Evakuasi Intrauterin

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 Maret 2025, 09:30
Diagnosis banding pada perdarahan abortus imminens
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya ada pasien G3P2A0M0 hamil 13 minggu dengan janin tunggal hidup. Pasien sebelumnya pada UK 11-12 minggu mengeluhkan keluar bercak2 darah dari...
Anonymous
Dibalas 27 Februari 2025, 13:38
Penggunaan Microgest pada Ibu Hamil
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya apakah microgest ini bisa diresepkan oleh dokter umum dengan indikasi pasien abortus iminens?
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 18 Februari 2025, 15:00
Kuretase Tajam Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Evakuasi Intrauterin - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Untuk evakuasi intrauterin, gunakan metode aspirasi vakum manual (AVM) dan stop lakukan prosedur kuretase tajam atau D&C. Sejak tahun 2012, WHO...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.