Epidemiologi Abrupsio Plasenta
Data epidemiologi abrupsio plasenta menunjukkan penyakit ini sebagai komplikasi obstetrik yang jarang terjadi pada kehamilan, tetapi memiliki keluaran perinatal yang buruk. Penyakit ini berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas serta gangguan perkembangan saraf anak di kemudian hari. Abrupsio plasenta lebih sering ditemukan pada pasien berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.[1,13]
Global
Abrupsio plasenta terjadi pada 3-10 per 1000 kehamilan di seluruh dunia. Prevalensi abrupsio plasenta di negara Eropa ditemukan sebesar 3-6 per 1000 kehamilan. Prevalensi di Amerika Utara ditemukan lebih tinggi dua kali lipat, yaitu sebesar 7-12 per 1000 kehamilan.[1,13]
Indonesia
Di Indonesia, tidak terdapat data spesifik abrupsio plasenta tetapi tersedia data perdarahan saat persalinan, sebesar 8% dari seluruh persalinan. Komplikasi perdarahan ini ditemukan lebih tinggi pada daerah pedesaan dibandingkan perkotaan.[1,14]
Mortalitas
Tingkat mortalitas pasien abrupsio plasenta termasuk tinggi, yaitu sekitar 20–47%. Pada negara berkembang, tingkat kematian akibat abrupsio plasenta dapat mencapai sekitar 50%. Anemia berat dan intervensi medis yang terlambat menjadi penyebab utama tingginya mortalitas.[13,15]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri