Patofisiologi Abrupsio Plasenta
Patofisiologi abrupsio plasenta berupa perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah maternal di desidua basalis, serta produksi thrombin berlebih yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti kontraksi uterus dan pengentalan darah.
Perdarahan akibat Ruptur Pembuluh Darah
Perdarahan akibat ruptur pembuluh darah ini menyebabkan akumulasi darah yang memisahkan desidua, dan meninggalkan lapisan tipis pada plasenta. Pemisahan dan kompresi pada ruang intervilus akan semakin berat seiring dengan melebarnya perdarahan yang kemudian menyebabkan kerusakan jaringan plasenta. Hal ini menyebabkan manifestasi klinis yang mengancam jiwa, seperti perdarahan hebat, disseminated intravascular coagulation (DIC) maternal, dan gangguan denyut jantung janin.
Abrupsio plasenta bersifat progresif karena akumulasi darah akibat perdarahan akan menyebabkan plasenta semakin terlepas.[6,8]
Produksi Thrombin Berlebih
Thrombin juga mengambil peran penting dalam terjadinya abrupsio plasenta. Pembentukan thrombin dalam abrupsio plasenta dapat dibentuk dengan dua cara. Perdarahan desidua dapat meningkatkan produksi tromboplastin dari sel desidua yang kemudian meningkatkan thrombin.
Selain itu, proses hipoksia desidua juga akan menyebabkan peningkatan produksi thrombin. Produksi thrombin berlebih dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
- Kontraksi dan hipertonus uterus
- Disrupsi vaskular melalui proses nekrosis jaringan dan degradasi matriks ekstraseluler akibat peningkatan ekspresi matriks metalloproteinase
- Mencetuskan koagulasi melalui produksi tromboplastin berlebih yang masuk ke dalam sirkulasi maternal yang menyebabkan beberapa jenis komplikasi, seperti diatesis perdarahan sistemik, deposisi fibrin intravaskular, dan DIC
- Penarikan progesteron fungsional[6,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri