Panduan E-prescription Dismenore
Panduan e-prescription untuk pasien dengan dismenore atau dysmenorrhea ini dapat digunakan oleh dokter umum saat memberikan terapi medikamentosa secara online. Dismenore adalah timbulnya gejala nyeri saat haid. Dismenore primer tidak berkaitan dengan kelainan organik. Sementara itu, dismenore sekunder berkaitan dengan patologi pelvis, seperti endometriosis, maupun penyakit lain Terapi pada dismenore meliputi manajemen nyeri dan terapi kondisi patologis yang mendasari dismenore sekunder.[1–3,5]
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dismenore adalah rasa nyeri ketika menstruasi. Rasa nyeri ini dapat terjadi beberapa saat sebelum atau sejak hari pertama menstruasi. Nyeri sering dideskripsikan sebagai kram di perut bagian bawah, nyeri kolik di perut tengah bawah, atau nyeri tumpul di sisi abdomen hingga ke punggung atau paha. Nyeri dapat berlangsung selama 2-3 hari sejak hari pertama menstruasi.
Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan bagaimana pengaruh nyeri terhadap aktivitas pasien. Tanyakan apakah pasien sudah mendapat terapi, misalnya konsumsi analgesik atau terapi panas, serta bagaimana respon terhadap terapi. Jika nyeri terasa berat, mengganggu aktivitas secara signifikan, dan tidak hilang dengan konsumsi analgesik, sarankan pasien untuk memeriksakan diri secara langsung ke layanan kesehatan.[1,2,11,12]
Peringatan
Anamnesis terkait kecurigaan ke arah dismenore sekunder perlu dilakukan. Dismenore sekunder dapat dicurigai bila dismenore berat segera setelah menarche atau dismenore yang progresif memburuk, abnormal uterine bleeding, infertilitas, tidak memberikan respons pada terapi medikamentosa, dan dispareunia. Selain itu, dismenore dengan riwayat keluarga endometriosis, anomali renal, maupun kelainan kongenital lainnya juga dapat dicurigai dismenore sekunder.[1–3,5]
Perhatikan riwayat alergi terhadap obat-obatan antinyeri secara umum dan secara spesifik terhadap obat yang akan diresepkan. Bila pasien tidak respon terhadap obat antinyeri, maka arahkan pasien untuk berkonsultasi kepada spesialis obstetri dan ginekologi agar dievaluasi lebih lanjut.[1,2,11,12]
Medikamentosa
Pada kondisi dismenore, dokter dapat memberikan terapi awal berupa obat antinyeri atau terapi hormonal. Jangan resepkan terapi hormonal pada pasien yang sedang berusaha hamil.
Pilihan tata laksana mencakup:
Celecoxib 400 mg, dilanjutkan 200 mg setiap 12 jam
Ibuprofen 200–600 mg setiap 6 jam
Asam mefenamat 500 mg, dilanjutkan 250 mg setiap 6 jam
Naproxen 440–550 mg, dilanjutkan 220–275 mg setiap 12 jam[13–18]
Menurut the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), pemberian analgesik dianggap lebih efektif bila dimulai 1–2 hari sebelum periode menstruasi dan dilanjutkan sampai 2–3 hari pertama menstruasi. Pemilihan analgesik dapat diganti dari satu ke lainnya, apabila tidak memberikan respons.[5]
Pada kondisi di mana analgesik tidak memberikan perbaikan gejala, terapi hormonal dapat dipertimbangkan. Pada kondisi ini, dapat dicurigai kemungkinan diagnosis ke arah dismenore sekunder dan pasien dapat dirujuk ke spesialis obstetri dan ginekologi. Pada umumnya, dengan analgesik, terapi supresi hormonal, maupun kombinasi keduanya, perbaikan gejala dapat terjadi pada dismenore primer dalam 3–6 bulan.[5]
Terapi Nonfarmakologi
Berbagai terapi nonfarmakologi dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dismenore. Meski demikian, kebanyakan terapi nonfarmakologi yang tersedia belum didukung oleh bukti ilmiah adekuat. Modalitas terapi nonfarmakologi dapat mencakup olahraga, pola hidup sehat, berhenti merokok, terapi panas, akupuntur, dan penggunaan obat herbal.[13–18]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli