Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Dismenore general_alomedika 2023-08-15T15:40:17+07:00 2023-08-15T15:40:17+07:00
Dismenore
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-prescription

Penatalaksanaan Dismenore

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan dismenore atau dysmenorrhea bertujuan untuk mengatasi nyeri dan etiologi dismenore sekunder. Modalitas penatalaksanaan meliputi terapi farmakologi, terapi nonfarmakologi, dan tindakan bedah. Terapi farmakologi mencakup pemberian analgesik nonsteroid (OAINS) ataupun kontrasepsi hormonal. Terapi nonfarmakologi contohnya perubahan gaya hidup, akupuntur, dan terapi panas. Pada kasus dismenore sekunder, misalnya karena endometriosis, tata laksana dilakukan sesuai pedoman klinis penyakit dasar.[11,12]

Terapi Farmakologi

Terapi pilihan awal untuk dismenore adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Hingga kini belum ada jenis OAINS tertentu yang terbukti lebih unggul untuk mengatasi nyeri pada pasien dismenore.

Pilihan terapi farmakologi lain untuk pasien dismenore adalah terapi hormonal (kontrasepsi). Meskipun bukti yang mendukung efikasi terapi hormonal (kontrasepsi) pada dismenore masih terbatas, obat kontrasepsi oral dapat dipertimbangkan pada pasien dengan dismenore primer atau endometriosis. Obat kontrasepsi tidak disarankan jika pasien ingin hamil.[11,12]

Terapi Nonhormonal

Secara umum, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) adalah pilihan pertama dalam mengatasi nyeri akibat dismenore. Pemilihan OAINS didasarkan pada respon dan tolerabilitas pasien karena belum ada bukti adekuat yang menunjukkan satu jenis OAINS lebih superior dibandingkan jenis lainnya dalam mengatasi dismenore. Pilihan OAINS mencakup:

  • Celecoxib 400 mg pada pemberian pertama, dilanjutkan 200 mg setiap 12 jam untuk pemberian selanjutnya

  • Ibuprofen 200–600 mg setiap 6 jam

  • Asam mefenamat 500 mg untuk pemberian pertama, dilanjutkan 250 mg setiap 6 jam

  • Naproxen 440–550 mg untuk pemberian pertama, dilanjutkan 220–275 mg setiap 12 jam[13]

Terapi Hormonal (Kontrasepsi)

Kontrasepsi hormonal oral, intravaginal, dan intrauterin telah direkomendasikan untuk pengelolaan dismenore primer, tetapi bukti yang mendukung efikasinya masih sangat terbatas. Uji klinis berkualitas tinggi yang menunjukkan perbaikan nyeri dengan penggunaan kontrasepsi oral masih belum tersedia, tetapi uji klinis dalam skala lebih kecil melaporkan efikasi hingga 80%. Jangan tawarkan terapi ini pada pasien yang ingin hamil.[13]

Sementara itu, pada kasus endometriosis, kontrasepsi oral kombinasi adalah pengobatan lini pertama untuk dismenore. Sebuah uji klinis dengan penyamaran ganda mendukung penggunaan kombinasi estrogen-progestin oral dalam pengobatan dismenore terkait endometriosis. Selain itu, ada pula studi yang menunjukan efikasi medroxyprogesterone, implan etonogestrel, dan levonorgestrel intrauterine untuk dismenore sekunder terkait endometriosis.

Terapi hormonal lainnya yang dapat dipertimbangkan pada kondisi ini adalah:

  • Levonorgestrel/etinil estradiol 0,15 mg/0,03 mg

  • Levonorgestrel/etinil estradiol 90 mcg/20 mcg

  • Etonogestrel/etinil estradiol 0,12 mg/0,015 mg
  • Medroxyprogesterone 150 mg/mL injeksi[13]

Kombinasi Terapi Hormonal dan Nonhormonal

Jika setelah 2–3 siklus menstruasi terapi dengan OAINS dan kontrasepsi tidak efektif, lakukan pemeriksaan terkait kepatuhan terapi dan penyebab lain. Apabila diperlukan, pertimbangkan untuk mengombinasikan kedua golongan obat ini.[22]

Terapi Nonfarmakologi

Efikasi terapi nonfarmakologi untuk dismenore masih sangat terbatas dan inkonsisten. Terdapat bukti ilmiah skala kecil yang mengindikasikan efikasi terapi panas, tetapi belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk akupuntur, yoga, ataupun pijat. Perubahan pola hidup yang mencakup olahraga dan asupan asam lemak omega 3 juga diduga bermanfaat untuk dismenore berdasarkan uji klinis.[13]

Olahraga

Olahraga rutin dan gaya hidup yang lebih aktif dapat disarankan kepada pasien. Olahraga rutin berhubungan dengan berkurangnya nyeri saat menstruasi karena dismenore primer. Akan tetapi, mekanisme bagaimana olahraga rutin dapat mengurangi nyeri saat menstruasi masih belum diketahui.[2,12,14]

Terapi Panas

Terapi panas dengan plester penghangat yang diaplikasikan pada perut bagian bawah dilaporkan lebih unggul dibanding placebo dalam mengatasi nyeri. Efek ini dilaporkan meningkat jika digunakan bersama ibuprofen. Karena plester penghangat mudah diakses dan murah, maka penggunaan plester penghangat dapat dipertimbangkan dalam mengatasi rasa nyeri akibat dismenore primer.[12,18,26]

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) menggunakan elektroda untuk menstimulasi kulit yang bertujuan untuk mengurangi persepsi nyeri. Mekanisme aksi TENS dalam mengurangi nyeri adalah meningkatkan penghambatan endogen dan penekanan rangsangan pusat. TENS dapat menjadi alternatif pada pasien yang tidak menginginkan terapi farmakologi atau tidak memberikan respons dengan terapi farmakologi setelah 3–6 siklus haid.[12,15,24]

Akupuntur dan Akupresur

Stimulasi pada titik akupuntur dilaporkan dapat mengurangi nyeri menstruasi. Akan tetapi, efikasi dari modalitas ini masih kontroversial.[12,16]

Intervensi Perilaku

Intervensi perilaku yang digunakan pada dismenore, seperti latihan relaksasi, hipnoterapi, dan desensitisasi diduga dapat mengurangi intensitas nyeri saat menstruasi. Akan tetapi, bukti ilmiah yang ada masih belum adekuat.[12,17]

Vitamin dan Obat Herbal

Pada tinjauan sistematik terhadap 39 uji klinis yang melibatkan obat herbal dalam terapi dismenore primer, dengan total sampel 3.475 wanita. Berdasarkan hasil studi, efikasi dinyatakan masih inkonklusif karena metode penelitian yang masih berkualitas buruk.[23]

Terdapat pula uji klinis lain yang mengindikasikan potensi dari vitamin E, vitamin B1, B6, D3, dan ekstrak jahe. Akan tetapi, kualitas bukti terkait efikasi dan keamanan juga masih kurang baik, sehingga masih diperlukan studi lebih lanjut.[24]

Tindakan Bedah

Tindakan bedah digunakan pada dismenore sekunder sesuai indikasi. Laparoskopi dapat dipertimbangkan pada endometriosis yang merupakan penyebab tersering dismenore sekunder. Teknik yang dapat dipilih adalah laparoscopic uterine nerve ablation (LUNA) atau laparoscopic presacral neurectomy (PSN).

Apabila secara anatomi tampak normal dan tidak terdapat bukti adanya endometriosis pada MRI, beberapa pilihan tindakan bedah seperti histerektomi baik total atau subtotal dapat dilakukan, dengan mempertimbangkan usia dan kondisi klinis setiap pasien. Dalam pemilihan terapi, dokter perlu melibatkan pasien dan menyampaikan untung-rugi dari tindakan, termasuk aspek fertilitas.[5,12,19]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Calis, KA. Dysmenorrhea. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/253812-overview#a1
11. Kho KA, Shields JK. Diagnosis and management of primary dysmenorrhea. JAMA. 2020 Jan 21;323(3):268-9.
12. Burnett M, Lemyre M. No. 345-Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. J Obstet Gynaecol Can. 2017 Jul;39(7):585-595. doi: 10.1016/j.jogc.2016.12.023. PMID: 28625286.
13. Osayande AS, Mehulic S. Diagnosis and Initial Management of Dysmenorrhea. Am Fam Physician. 2014 Mar 1;89(5):341-346.
14. Carroquino-Garcia P, Jiménez-Rejano JJ, Medrano-Sanchez E, De La Casa-Almeida M, Diaz-Mohedo E, Suarez-Serrano C. Therapeutic exercise in the treatment of primary dysmenorrhea: a systematic review and meta-analysis. Physical therapy. 2019 Oct 28;99(10):1371-80.
15. Elboim-Gabyzon M, Kalichman L. Transcutaneous electrical nerve stimulation (tens) for primary dysmenorrhea: An Overview. International journal of women's health. 2020;12:1.
16. Woo HL, Ji HR, Pak YK, Lee H, Heo SJ, Lee JM, Park KS. The efficacy and safety of acupuncture in women with primary dysmenorrhea: a systematic review and meta-analysis. Medicine. 2018 Jun;97(23).
17. Aboualsoltani F, Bastani P, Khodaie L, Fazljou SM. Non-pharmacological treatments of primary dysmenorrhea: a systematic review. Arch Pharma Pract. 2020;11(S1):136-42.
18. Mulyaningsih EA, Nahariani P, Rodiyah R. Patch Capsicum Oleoresin For Reducing Dysmenorrhea. Malaysian Journal of Medical Research (MJMR). 2017 Oct 3;1(4):35-9.
19. Ho OFH, Logan S, Chua YX. Approach to dysmenorrhoea in primary care. Singapore Med J. 2023 Mar;64(3):203-208. doi: 10.4103/SINGAPOREMEDJ.SMJ-2021-303. PMID: 36876625; PMCID: PMC10071860.
22. Banikarim C. Primary dysmenorrhea in adolescents. Uptodate. 2021.
23. Zhu X, Proctor M, Bensoussan A, Smith CA, Wu E. Chinese herbal medicine for primary dysmenorrhoea. Cochrane Database Syst Rev. 2007.
24. Smith R, Kaunitz A. Dysmenorrhea in adult women: Treatment. Uptodate. 2021.
26. Jo J, Lee SH. Heat therapy for primary dysmenorrhea: A systematic review and meta-analysis of its effects on pain relief and quality of life. Sci Rep. 2018 Nov 2;8(1):16252. doi: 10.1038/s41598-018-34303-z. PMID: 30389956; PMCID: PMC6214933.

Diagnosis Dismenore
Prognosis Dismenore

Artikel Terkait

  • Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
    Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
  • Red Flag Dysmenorrhea
    Red Flag Dysmenorrhea
  • Pilihan Penanganan Nyeri pada Dismenore Primer
    Pilihan Penanganan Nyeri pada Dismenore Primer
  • Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
    Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 17 Januari 2024, 21:22
Dokter spesialis untuk merujuk kasus benjolan di perut bawah disertai dismenore
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Px usia 32 thn dtg dgn keluhan benjolan di perut bawah, benjolan dirasakan sejak 2019 stlah px op sc. Nyeri jika os haid, n dismenore tmbul smnjk ada...
Anonymous
Dibalas 07 September 2022, 11:59
Evaluasi Dismenorrhea Primer - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr Cipta, SpOG(K), ijin tanya untuk apakah ada evaluasi lanjutan pasien yang sudah didiagnosis dismenorrhea primer? Terima kasih Dok
Anonymous
Dibalas 03 Agustus 2022, 11:36
Skrining lanjutan untuk pasien dengan keluhan dysmenorrhea - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Ijin tanya Dok, untuk pasien yang mengeluhkan dysmenorrhea dan sudah sempat diperiksa USG namun tidak ditemukan adanya kelainan patologis, apakah perlu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.