Etiologi Gangguan Disforik Pramensturasi
Etiologi gangguan disforik pramenstruasi atau premenstrual dysphoric disorder pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor serotonin, dan faktor psikososial. Hal-hal yang dinilai menjadi faktor risiko adalah riwayat gangguan disforik pramenstruasi dalam keluarga, stres, obesitas, dan riwayat pelecehan seksual.[2,3]
Perubahan Hormonal
Perubahan aktivitas serotoninergik di dalam otak memegang peranan penting terhadap terjadinya gangguan disforik pramenstruasi (GDPM) pada wanita usia reproduktif. Hormon estrogen dan progesteron dari ovarium juga ikut mengatur kadar monoamin termasuk kadar serotonin. Menurut teori saat ini, adanya ketidakseimbangan hormonal maupun perubahan proses biokimia yang melibatkan serotonin di otak dapat memicu terjadinya GDPM.[3,6]
Pengaruh Psikososial
Terjadinya gangguan disforik pramenstruasi diperkirakan berhubungan dengan kondisi psikologis, misalnya adanya konflik internal wanita tentang femininitas atau kehidupan sebagai ibu maupun adanya metode coping maladaptif terkait premenstrual syndrome (PMS). Adanya tekanan sosial dan riwayat trauma psikologis juga diperkirakan bisa berpengaruh, tetapi belum diketahui dengan jelas.[3,6]
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko GDPM, misalnya faktor genetik, stres, obesitas, dan riwayat trauma akibat pelecehan seksual.
Faktor Genetik
Dalam suatu survei, sekitar 70% anak perempuan dari ibu yang mengalami PMS dilaporkan mengalami PMS, sehingga PMS diduga berkaitan dengan faktor genetik. Riwayat keluarga dengan depresi juga sering ditemukan pada wanita dengan gejala GDPM, khususnya gejala depresi.[2,3,6]
Stres
Stres merupakan respons nonspesifik terhadap stressor untuk tetap mempertahankan homeostasis tubuh. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan stres yaitu lingkungan kerja dan tuntutan kerja, tuntutan pendidikan, dan tuntutan sosial lainnya. Stres dapat memicu produksi hormon kortisol di mana hormon ini dapat menghambat sensitivitas organ terhadap estrogen yang merupakan protektor terhadap depresi.[3,7]
Obesitas
Obesitas, terutama yang dialami sebelum usia reproduktif, memengaruhi fase pubertas dan periode menstruasi. Hal ini berhubungan dengan efek negatif psikososial dan memiliki efek terhadap kesehatan saat dewasa. Hormon yang berhubungan dengan obesitas seperti leptin, kisspeptin, dan insulin memengaruhi aksis hipotalamus-pituitari. Pada obesitas, ada perubahan berbagai hormon yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan pada menstruasi termasuk GDPM.[3,8]
Riwayat Trauma dan Pelecehan Seksual
Riwayat trauma bisa menjadi salah satu faktor risiko GDPM. Adanya trauma, termasuk trauma akibat pelecehan seksual yang pernah dialami sebelumnya, berhubungan erat dengan gangguan mental pada kehidupan selanjutnya yang dipengaruhi oleh aktivitas aksis hipotalamus-pituitari. Trauma ini bisa meningkatkan risiko GDPM.[9]