Edukasi dan Promosi Kesehatan Ruptur Perineum
Edukasi dan promosi kesehatan tentang ruptur perineum mencakup pengertian ruptur perineum, tata laksana, dan prognosis, terutama terkait kehamilan selanjutnya. Edukasi juga perlu mencakup waktu yang dianjurkan untuk kembali berhubungan seksual dan kemungkinan nyeri.[19]
Edukasi Pasien
Sebelum persalinan, pasien perlu mengetahui kemungkinan robekan perineum baik yang terjadi secara spontan maupun akibat episiotomi. Selanjutnya, jelaskan mengenai tindakan apa saja yang akan dilakukan jika terjadi robekan perineum.[1,6]
Informasikan bahwa ruptur perineum mungkin menyebabkan nyeri hingga 12 bulan dan pada beberapa kasus yang jarang dapat menyebabkan konstipasi atau inkontinensia alvi. Wanita dapat dianjurkan melakukan latihan pelvic floor dimulai pada 2–3 hari pasca persalinan untuk mengurangi risiko inkontinensia.[1,6]
Wanita dengan riwayat ruptur perineum yang derajat parah memerlukan perencanaan persalinan selanjutnya dengan baik dan dianjurkan sectio caesarea untuk mencegah robekan berulang.[1,6]
Beritahukan agar ibu selalu menjaga kebersihan di area luka yang telah dijahit untuk mencegah komplikasi infeksi. Ibu baru diperbolehkan melakukan hubungan seksual setelah 6–8 minggu agar penyembuhan dapat berlangsung sempurna dan luka jahitan tidak terbuka kembali.[1,6]
Upaya Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Pijat perineum dapat dilakukan mulai umur kehamilan 34 minggu dan dapat dilakukan setiap hari hingga menjelang persalinan. Hal ini berfungsi untuk memberikan relaksasi pada perineum sehingga perineum tidak kaku. Akan tetapi, efektivitas pijatan ini untuk mengurangi risiko ruptur perineum sebenarnya masih minim bukti.[19,20]
Upaya melindungi perineum saat crowning kepala bayi dapat dilakukan dengan kedua tangan penolong untuk mengontrol tekanan perineum saat keluarnya kepala bayi. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mendorong saat crowning.[19]
Tenaga medis perlu memberikan pengetahuan kepada ibu tentang cara mengejan yang benar agar kekuatan mengejan lebih terkontrol dan tidak terjadi robekan akibat lahirnya kepala dan bahu janin yang terlalu cepat.[21]
Kompres hangat dapat diberikan pada kala 2 persalinan untuk mengurangi risiko ruptur perineum. Kompres hangat memberikan relaksasi sehingga perineum tidak kaku. Selain itu, episiotomi juga sebaiknya tidak dilakukan secara universal melainkan dilakukan secara selektif, dengan episiotomi mediolateral sebagai pilihan untuk mengurangi risiko cedera sfingter ani.[21]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra