Etiologi Ruptur Perineum
Etiologi ruptur perineum umumnya adalah persalinan kala 2 yang panjang, penggunaan alat bantu persalinan, dan episiotomi untuk memudahkan jalan lahir. Faktor risiko yang meningkatkan insiden ruptur perineum dapat berupa faktor maternal maupun janin.[7]
Robekan Spontan
Robekan perineum spontan disebabkan oleh rusaknya jaringan secara alami akibat desakan kepala janin atau bahu ketika persalinan berlangsung. Pada robekan spontan, umumnya bentuk luka tidak teratur dan sulit dijahit.[3]
Episiotomi
Episiotomi merupakan tindakan perlukaan jalan lahir yang disengaja untuk mencegah terjadinya robekan perineum yang luas dan tidak rata, sehingga proses perbaikan dan penyembuhan luka akan lebih baik daripada robekan yang tidak beraturan. Perineum yang kaku dan ukuran bayi yang besar juga menjadi indikasi episiotomi.[3,8,9]
Penggunaan Alat Bantu Persalinan
Persalinan dengan menggunakan alat bantu baik forceps maupun vakum umumnya harus diawali dengan episiotomi yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir, sehingga memudahkan penggunaan alat bantu persalinan. Tanpa episiotomi, peningkatan derajat kerusakan pada daerah perineum dapat terjadi.[10]
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan ruptur perineum. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor maternal dan fetal.[1,4]
Faktor Maternal
Faktor risiko maternal terdiri dari:
- Umur: wanita yang melahirkan pada usia <20 tahun atau >35 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena fungsi reproduksi belum berkembang sempurna atau sudah mengalami penurunan
- Paritas: wanita primipara memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita multipara. Jalan lahir pada primipara belum pernah dilalui bayi, sehingga otot perineum cenderung lebih kaku dan belum meregang
- Jarak persalinan: jarak persalinan <2 tahun memiliki risiko lebih tinggi karena jalan lahir belum sembuh sempurna dan perineum lebih rentan robek
- Partus presipitatus: pada kondisi ini, bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali akibat kekuatan mengejan ibu yang tidak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan robekan perineum spontan karena ketegangan di vagina, yang disertai perbedaan ukuran antara jalan lahir dan janin.
- Ukuran perineum yang pendek (<25 mm): berhubungan dengan peningkatan regangan akibat toleransi terhadap ukuran janin yang berkurang
Persalinan pada usia kehamilan >40 minggu : berhubungan dengan ukuran janin yang besar[3,4,11,12]
Faktor Fetal
Faktor risiko fetal terdiri dari:
- Berat badan janin >4.000 gram: berhubungan dengan ukuran janin yang lebih besar, sehingga tekanan dan regangan pada perineum juga lebih besar
Distosia bahu: berhubungan dengan persalinan kala 2 yang lebih panjang dan tekanan serta regangan pada perineum yang besar
Posisi oksipito-posterior: berhubungan dengan ekspulsi bayi lebih sulit[1,3,4,13]
Faktor Intrapartum
Faktor risiko intrapartum terdiri dari:
- Persalinan dengan instrumen: berhubungan dengan peningkatan tekanan dan regangan pada perineum
- Persalinan kala dua >60 menit: menandai persalinan yang sulit dan berhubungan dengan ukuran janin serta kapasitas jalan lahir ibu yang tidak seimbang
- Penggunaan oksitosin: peningkatan kontraksi uterus bisa menyebabkan tekanan pada perineum yang lebih tinggi
- Episiotomi midline: lebih berisiko ruptur daripada episiotomi mediolateral[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra