Penatalaksanaan Ruptur Perineum
Penatalaksanaan ruptur perineum dilakukan sesuai derajat laserasi, yaitu pertimbangan penjahitan pada derajat 1 dan 2 tergantung pada penilaian dokter, dan penjahitan yang wajib untuk derajat 3 dan 4.[5,7]
Proses penjahitan perineum memerlukan pencahayaan yang cukup, anestesi yang adekuat, dan tenaga medis ahli. Jenis benang yang umum digunakan adalah braided absorbable atau chromic, di mana penggunaan benang jenis ini sering dikaitkan dengan nyeri yang minimal selama proses pemulihan. Jahitan dilakukan pada masing-masing lapisan yang robek (satu per satu) untuk pemulihan yang baik.[7,17]
Penjahitan Perineum
Tujuan penjahitan perineum adalah untuk menyatukan jaringan yang telah robek dan mencegah perdarahan berlanjut. Penjahitan perineum sebaiknya tidak menggunakan teknik figure of eight karena berisiko iskemia jaringan. Mukosa anorektal yang robek dijahit dengan metode simple interrupted atau continuous. Jika ada ruptur sfingter, penjahitan dilakukan dengan metode simple interrupted atau matras.[7]
Penjahitan perineum diawali dengan menjahit 1 cm dari puncak luka. Jahitan dimulai dari dalam menuju ke luar hingga mencapai bawah laserasi. Masing-masing lapisan yang robek dijahit satu per satu agar fungsi dapat kembali normal. Pastikan jarak antar jahitan sama dan otot yang terluka telah terjahit agar tidak terjadi ruang kosong yang dapat menyebabkan iskemia jaringan.[7,17]
Jika semua lapisan dan otot yang robek sudah terjahit, ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina kemudian potong ujung benang dengan menyisakan 1,5 cm. Setelah penjahitan selesai, lakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan anus untuk menilai teraba atau tidaknya jahitan pada rektum karena hal ini berisiko menyebabkan fistula.[7,17]
Tata Laksana Nonmedikamentosa
Tata laksana nonmedikamentosa yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pasca jahitan adalah penggunaan ice pack, penggunaan gel pads dingin, berendam dengan air dingin, dan penggunaan lubrikasi ketika kembali melakukan aktivitas seksual.[7]
Tata Laksana Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa bertujuan sebagai terapi suportif, yakni berupa pemberian antibiotik pasca penjahitan robekan serta pemberian obat analgesik. Selain itu, pasien dapat diberikan laksatif atau pelunak feses.[1,5,7]
Antibiotik
Antibiotik spektrum luas dapat diberikan untuk mengurangi risiko infeksi dan dehisensi luka. Antibiotik bisa diberikan segera setelah penjahitan. Saat ini belum ada pedoman mengenai antibiotik yang sebaiknya diberikan. Antibiotik dapat disesuaikan dengan pola resistansi pada populasi lokal.[1,5,7]
Analgesik
Analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri pasca penjahitan, misalnya paracetamol.[1]
Laksatif atau Pelunak Feses
Laksatif dan pelunak feses digunakan untuk mencegah dehisensi luka yang disebabkan oleh disrupsi luka akibat feses yang terlalu keras. Pelunak feses seperti laktulosa dianjurkan untuk diberikan selama 10 hari.[1,5,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra