Patofisiologi Konjungtivitis Neonatal
Patofisiologi konjungtivitis neonatal atau ophthalmia neonatorum biasanya melibatkan kontak langsung konjungtiva bayi dengan patogen saat melalui jalan lahir. Meski demikian, konjungtivitis neonatal juga bisa terjadi secara aseptik, yakni melalui paparan bahan kimia.[1-3,6]
Konjungtivitis Neonatal Aseptik
Konjungtivitis neonatal aseptik biasanya disebabkan oleh zat kimia perak nitrat. Dahulu, perak nitrat digunakan sebagai profilaksis konjungtivitis infeksi, terutama terkait gonorrhea pada neonatus. Meski demikian, perak nitrat dalam konsentrasi tinggi bersifat toksik terhadap konjungtiva. Saat ini, konjungtivitis akibat perak nitrat telah jarang ditemukan karena perak nitrat sudah digantikan oleh erythromycin dan tetracycline.[6]
Konjungtivitis Neonatal Infeksi
Transmisi vertikal, trauma okular, dan regio sekitar mata adalah beberapa rute infeksi konjungtivitis. Adanya paparan patogen ini akan menginduksi sistem pertahanan host pada permukaan konjungtiva yang dimediasi oleh sel goblet. Ketika terpapar oleh patogen, sel goblet akan mengaktivasi jalur kaspase 1 yang menginduksi produksi interleukin 1 beta dan menyebabkan inflamasi pada konjungtiva, eritema, dilatasi pembuluh darah, dan peningkatan produksi air mata.
Patogen yang bisa menyebabkan konjungtivitis infeksi pada neonatus antara lain gonorrhea, klamidia, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumoniae, rhinovirus, adenovirus, dan virus herpes simpleks.[1-6]
Infeksi Bakteri pada Konjungtiva dan Kornea
Bakteri merupakan patogen penyebab konjungtivitis neonatal yang paling sering. Bakteri Neisseria gonorrhea memiliki kemampuan invasi epitel utuh, sehingga mampu menembus epitel permukaan konjungtiva dan kornea. Infeksi oleh gonorrhea berisiko menyebabkan perforasi kornea.
Bakteri Streptococcus dan Staphylococcus mampu memproduksi eksotoksin yang menyebabkan nekrosis. Bakteri S aureus dapat bereaksi dengan Toll-like receptor 2 pada permukaan konjungtiva dan menginduksi produksi sitokin proinflamasi.
Bakteri Chlamydia trachomatis memiliki kemampuan bertahan hidup dari fagosom intraselular. Chlamydia trachomatis, yang merupakan bakteri intraselular, dapat ditularkan melalui kontak langsung pada permukaan okular bayi dengan sekret genital yang terinfeksi.[1-6]