Diagnosis Konjungtivitis
Diagnosis konjungtivitis perlu dicurigai pada pasien dengan mata merah disertai rasa gatal, rasa panas terbakar, rasa mata mengganjal, silau, penurunan tajam penglihatan, sekret mata, riwayat alergi, dan riwayat paparan. Temuan pemeriksaan fisik umumnya menunjukkan injeksi konjungtiva, hiperemis, dan adanya sekret mata.
Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan pada kasus konjungtivitis. Pemeriksaan penunjang dapat dipertimbangkan bila kondisi konjungtivitis sudah dialami berulang, resisten terhadap pengobatan, ada kecurigaan infeksi akibat chlamydia maupun gonorrhea, konjungtivitis infeksi pada neonatus, dan discharge purulen yang berlebihan pada orang dewasa. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pewarnaan Gram, kultur, dan PCR (polymerase chain reaction).[2,4-6]
Anamnesis
Keluhan utama pasien konjungtivitis adalah mata merah. Keluhan disertai rasa gatal, rasa panas terbakar, rasa mata mengganjal, silau, penurunan tajam penglihatan, sekret mata, riwayat alergi, dan riwayat paparan terhadap penyebab potensial. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat penggunaan lensa kontak, riwayat penggunaan obat-obatan (termasuk tetes mata), dan riwayat hubungan seksual yang berisiko bila dicurigai infeksi akibat kuman penyakit menular seksual.
Pasien bisa mengalami gejala prodromal seperti demam, nyeri kepala, malaise, dan fotofobia. Gejala prodromal umumnya terjadi pada kasus konjungtivitis viral akibat virus Herpes zoster, dan dapat pula terjadi pada kasus campak pada anak-anak.[2]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik bisa bervariasi tergantung pada jenis konjungtivitis. Semua pasien dengan keluhan oftalmologi sebaiknya menjalani pemeriksaan visus untuk melihat adanya defisit tajam penglihatan dan memastikan tidak ada gangguan oftalmologi yang lebih serius. Pemeriksaan visus dapat dilakukan menggunakan Snellen chart. Pada kasus konjungtivitis, visus jarang terlalu terganggu, kecuali pada kasus tertentu seperti adanya keterlibatan kornea.[2]
Konjungtivitis Viral
Pada pemeriksaan fisik pasien konjungtivitis viral dapat ditemukan hiperemia atau injeksi konjungtiva. Pemeriksaan fisik lain yang bisa ditemukan adanya folikel, yaitu lesi seperti bintil-bintil kecil, multipel, translusen, paling jelas tampak di forniks. Bisa juga ditemukan papillae, yaitu lesi bintil kemerahan dengan vaskularisasi di tengahnya, biasanya ditemukan pada konjungtiva tarsal superior dengan melakukan eversi kelopak mata.
Tanda lain yang dapat ditemukan adalah edema kelopak mata, sekret mata serosa, limfadenopati (ditemukan pada 50% kasus konjungtivitis viral), perdarahan subkonjungtiva, kemosis konjungtiva, dan pseudomembran.
Konjungtivitis viral akibat moluskum kontagiosum biasanya disertai dengan lesi pada palpebra berupa nodul berwarna agak pucat, mengkilap, dengan umbilikasi di bagian tengah.
Sementara itu, Infeksi adenovirus dapat juga menimbulkan gejala demam faringokonjungtival yang ditandai dengan demam tinggi yang muncul tiba-tiba, konjungtivitis pada kedua mata, faringitis, dan limfadenopati preaurikular.
Keratokonjungtivitis memiliki gejala yang lebih berat, berupa sekret mata yang cair, hiperemia dan kemosis konjungtiva, serta limfadenopati ipsilateral.[2,4,9]
Konjungtivitis Bakterial
Temuan konjungtivitis bakterial dapat berupa injeksi konjungtiva, palpebra bengkak dan eritema, sekret mata mukopurulen, papillae (banyak ditemukan pada konjungtivitis bakterial), serta erosi epitel kornea perifer dan infiltrasi ke stroma (lebih sering akibat infeksi Haemophilus influenzae). Limfadenopati biasanya tidak ditemukan pada konjungtivitis bakterial, kecuali pada infeksi berat oleh Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
Pada konjungtivitis bakterial akibat Neisseria gonorrhoeae, pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan eksudasi dalam jumlah banyak, sekret yang hiperpurulen, kemosis berat, hiperemia konjungtiva berat, dan edema palpebra. Pada kasus yang terlambat ditangani dapat ditemukan infiltrat, ulkus, bahkan perforasi pada kornea.
Konjungtivitis trakoma yang diakibatkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis memiliki temuan yang khas, seperti pembentukan folikel sangat banyak, sekret mukopurulen, jaringan parut pada konjungtiva tarsal superior berbentuk linear atau stelata (Arlt line) yang timbul pada proses penyembuhan setelah nekrosis folikel. Involusi dan nekrosis folikel juga dapat menimbulkan depresi (lekukan) pada area limbus yang disebut sebagai Herbert pits. Pada pemeriksaan dapat pula ditemukan kekeruhan kornea, vaskularisasi kornea, trikiasis, dan entropion.[2,5,10,13]
Konjungtivitis Alergi
Pemeriksaan fisik yang menonjol pada konjungtivitis alergi adalah injeksi konjungtiva yang disertai dengan kemosis konjungtiva serta edema palpebra. Sekret mata biasanya serosa (cair, bening).
Dapat ditemukan giant papillae dengan gambaran cobblestone pada konjungtivitis alergi vernal dan konjungtivitis giant papillary. Pada konjungtivitis alergi vernal, dapat terbentuk papillae di area limbus memberikan gambaran titik putih multipel (Horner-Trantas dots) yang merupakan kumpulan sel epitel yang mengalami degenerasi dan eosinofil.
Konjungtivitis alergi atopik biasanya disertai dengan perubahan kulit khas eksema, tanda Hertoghe (alis hilang di bagian lateral), dan lipatan Dennie-Morgan (lipatan pada palpebra karena garukan terus menerus).[6,7]
Tabel 1. Gambaran Klinis Konjungtivitis
Gambaran Klinis | Konjungtivitis Viral | Konjungtivitis Bakterial | Konjungtivitis Alergi |
Mata merah | + | + | + |
Kemosis Konjungtiva | ± | + | + |
Edema kelopak mata | ± | + | + |
Infiltrat kornea | + | + | - |
Nyeri pada mata | + | + | + |
Gatal | ± | ± | + |
Sekret mata | Cair, bening-putih, volume banyak | Mukopurulen, volume sedang-sangat banyak (terutama pada kasus gonore) | Mukoidm volume sedikit |
Folikel | - | + | - |
Papilla | ± | - | + (Cobblestone) |
Pseudomembran | ± | ± | - |
Limfadenopati preaurikular | + | ± | - |
Sumber: dr. Novita Tirtaprawita, Alomedika, 2022.[2,4-10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding konjungtivitis antara lain glaukoma, blefaritis, dry eyes syndrome, dan keratitis bakterial.[2,15]
Glaukoma
Glaukoma adalah kondisi dimana terjadi peningkatan intraokular pada mata yang pada akhirnya dapat menimbulkan penurunan visus dan lapang pandang. Pada glaukoma akut, pasien bisa mengalami gejala mata merah dan bengkak yang mirip dengan konjungtivitis. Keluhan pada glaukoma juga disertai penurunan tajam penglihatan, nyeri kepala, mual, muntah dan adanya ‘halo’ saat melihat cahaya. Pemeriksaan tonometri akan menunjukkan peningkatan tekanan bola mata, sedangkan pada konjungtivitis tekanan bola mata normal.[16]
Blefaritis
Blefaritis memiliki gejala yang mirip dengan konjungtivitis, tetapi infeksi blefaritis terjadi pada palpebra dan bukan konjungtiva. Blefaritis ditandai oleh iritasi mata, rasa gatal pada kelopak mata, edema palpebra, dan serbuk seperti ketombe pada ujung kelopak mata. Hal yang membedakan blefaritis dengan konjungtivitis adalah gejala edema pada palpebra.[17]
Dry Eyes Syndrome
Dry eyes syndrome atau dikenal dengan nama lain keratokonjungtivitis sika (KCS), ditandai dengan adanya rasa perih di mata atau mata yang sering berair. Berbeda dengan konjungtivitis, tidak ada sekret, edema palpebra, ataupun tanda inflamasi lain.[18]
Keratitis Bakterial
Keratitis bakterial biasanya disebabkan oleh penggunaan lensa kontak, trauma pada kornea, atau penggunaan obat tetes mata steroid. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan ulkus epitel kornea, inflamasi area sekitar kornea, dan plak endotel inflamatorik.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan pada kasus konjungtivitis, namun apabila kondisi konjungtivitis sudah dialami berulang-ulang kali dan resisten terhadap pengobatan, dapat dipertimbangkan untuk melakukan kultur dan uji resistensi sehingga membantu memandu terapi. Apabila ada kecurigaan infeksi akibat chlamydia maupun gonorrhea, konjungtivitis infeksi pada neonatus, dan discharge purulen yang berlebihan pada orang dewasa, maka bisa dipertimbangkan melakukan pewarnaan Gram, kultur, atau PCR.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evani