Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Konjungtivitis general_alomedika 2023-04-05T07:42:43+07:00 2023-04-05T07:42:43+07:00
Konjungtivitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Penatalaksanaan Konjungtivitis

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan konjungtivitis umumnya bersifat suportif. Konjungtivitis paling banyak disebabkan oleh virus, yang mana dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-7 hari. Pengobatan antibiotik spesifik diberikan pada kasus-kasus konjungtivitis tertentu saja, misalnya pada konjungtivitis akibat gonorrhea.[2]

Terapi Suportif

Terapi suportif yang dapat diberikan pada penderita konjungtivitis mencakup air mata buatan, kompres dingin, dan irigasi mata.[8]

Air Mata Buatan

Obat tetes air mata yang dijual di pasaran mengandung bahan seperti gliserin atau hidroksi propil metilselulosa (HPMC). Air mata buatan dapat diberikan 4 kali per hari.

Pemberian air mata buatan dapat membantu mengurangi keluhan, melarutkan, serta membilas alergen dan mediator-mediator inflamasi yang terdapat pada permukaan mata. Sebaiknya gunakan air mata buatan yang tidak mengandung bahan pengawet dan dalam kemasan single-dose agar kemasan tetes mata tidak menjadi media penularan.[8]

Kompres Dingin

Kompres dingin juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan terutama pada pasien dengan konjungtivitis alergi. Kompres dingin dapat dilakukan selama 5 menit. Kompres dingin yang dikombinasikan dengan pemberian obat tetes air mata buatan dapat meringankan gejala dari konjungtivitis.[1,8]

Irigasi Mata

Irigasi mata dapat dilakukan untuk mengurangi sekret mata yang banyak, misalnya pada kasus konjungtivitis akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae. Irigasi disarankan menggunakan cairan salin normal.[2,8]

Terapi Medikamentosa Spesifik

Terapi medikamentosa spesifik dapat diberikan pada konjungtivitis dengan gejala yang berat atau berisiko menyebabkan komplikasi berat. Pemilihan terapi disesuaikan dengan penyebab yang melatarbelakangi.[2,4-6]

Konjungtivitis Viral

Tidak ada terapi medikamentosa spesifik untuk konjungtivitis viral, karena hampir sebagian besar kasus dapat sembuh sendiri (terutama Adenovirus). Terapi menggunakan antivirus topikal dilaporkan tidak efektif untuk konjungtivitis yang disebabkan oleh Adenovirus, sehingga terapi konjungtivitis viral dapat menggunakan terapi suportif saja.[2,4]

Meskipun demikian, antiviral baik oral maupun topikal seperti acyclovir, ganciclovir, valacyclovir, dan famciclovir masih bisa dipertimbangkan untuk tetap diberikan, terutama pada kasus konjungtivitis akibat virus herpes.

  • Acyclovir 200-800 mg, diberikan 5 kali sehari, selama 7-10 hari, per oral
  • Salep 5% dermatologik ointment acyclovir, dioles 6 kali/hari selama 7 hari
  • Valacyclovir 1000 mg, 3 kali sehari, selama 7–10 hari, per oral
  • Famciclovir 500 mg, 3 kali sehari, selama 7-10 hari, per oral
  • Ganciclovir gel oftamlik topikal 0,15%, dioles 5 kali/hari sampai lapisan epitel konjungtiva membaik, selanjutnya 3 kali/hari selama 7 hari[8]

Pasien kemudian diminta untuk kontrol kembali setelah 2-5 hari pasca pengobatan untuk memantau adanya komplikasi. [2,8,21]

Konjungtivitis Bakterial

Tidak hanya terbatas pada konjungtivitis viral, konjungtivitis akibat bakteri ternyata juga bersifat self limiting atau dapat sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Namun, pada beberapa kasus yang disebabkan oleh bakteri, seperti gonorrhea, pemberian obat tetes mata antibiotik tetap perlu.[2,5]

Konjungtivitis Gonorrhea:

Konjungtivitis gonorrhea berisiko berkembang menjadi infeksi gonokokal diseminata. Neonatus yang mengalami konjungtivitis gonorrhea harus dianggap sebagai kegawatdaruratan dan menjalani observasi dan rawat inap. Pendekatan tata laksana yang terbaik adalah profilaksis. Selama kehamilan, ibu hamil yang berisiko perlu menjalani skrining gonorrhea dan infeksi menular seksual lainnya.

Regimen profilaksis  pada neonatus adalah erythromycin 0,5% salep mata atau tetrasiklin 1% salep mata. Pada neonatus simtomatik atau risiko tinggi, dapat diberikan:

  • Ceftriaxone 25-50 mg/kg, maksimal 125 mg intravena (IV) atau intramuskuler (IM), dosis tunggal

  • Cefotaxime 100 mg/kg secara IV/IM, dosis tunggal

Konjungtivitis gonorrhea dengan gejala pada pasien non-neonatus dapat dikelola secara rawat jalan. Pilihan terapi adalah ceftriaxone 1 gram IM dosis tunggal dan azithromycin 1 gram per oral dosis tunggal yang ditambahkan karena seringnya koinfeksi dengan chlamydia.[8,14]

Konjungtivitis Chlamydia:

Pada kasus infeksi Chlamydia trachomatis, antibiotik sistemik pilihan adalah doxycycline 100 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari untuk dewasa dan remaja.

Pendekatan penanganan oftalmia neonatorum terkait chlamydia yang terbaik adalah pencegahan. Ibu hamil perlu menjalani skrining selama masa kehamilan dan diterapi adekuat jika mengalami infeksi chlamydia. Pilihan terapi selama kehamilan adalah azithromycin 1 gram per oral dosis tunggal. Sementara itu, neonatus yang mengalami infeksi chlamydia dapat diberikan erythromycin 50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis/hari selama 14 hari.[8,20]

Konjungtivitis Alergi

Terapi utama dari konjungtivitis alergi sebenarnya adalah menghindari alergen, diikuti dengan terapi suportif seperti kompres dingin dan penggunaan air mata buatan. Pada beberapa kasus, dapat dipertimbangkan penggunaan antihistamin topikal, mast cell stabilizer, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).[2,6,12]

Antihistamin Topikal:

Antihistamin topikal mata yang dapat digunakan adalah epinastine 0,05% diberikan 1 tetes, 2 kali sehari pada mata yang sakit. Pilihan lain adalah azelastine 0,05% diberikan 1 tetes 2 kali sehari, di mata yang sakit. Selain topikal, pasien juga dapat diberikan antihistamin oral seperti loratadine atau cetirizine.[6]

Mast Cell Stabilizer Topikal:

Mast cell stabilizer digunakan sebagai terapi jangka panjang untuk mencegah proses degranulasi sel mast akibat paparan alergen, sehingga mengurangi frekuensi terjadinya eksaserbasi akut. Mast cell stabilizer biasanya digunakan bersama dengan terapi lainnya. Regimen yang dapat digunakan adalah lodoxamide, nedocromil, sodium cromoglycate, dan alcaftadine.[6]

Vasokonstriktor Topikal:

Vasokonstriktor tersedia dalam bentuk tunggal seperti phenylephrine, oxymetazoline, naphazoline, atau gabungan dengan antihistamin. Vasokonstriktor topikal dapat mengurangi injeksi konjungtiva untuk sementara dan tidak efektif digunakan pada konjungtivitis alergi berat.[2,6]

Kortikosteroid Tetes Mata:

Kortikosteroid digunakan pada konjungtivitis alergi eksaserbasi akut dengan gejala berat atau bila ditemukan keratopati. Kortikosteroid diberikan per 2 jam dalam jangka waktu pendek yang kemudian memerlukan tapering off. Sediaan yang dapat digunakan adalah prednisolone 0,5%, rimexolone 1%, atau fluorometholone 0,1%. Efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokular, dan pembentukan katarak.[2,6]

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS):

Sediaan OAINS topikal mata seperti ketorolac 0,5% dan diklofenak 0,1% dapat dikombinasikan dengan mast cell stabilizer. OAINS topikal bekerja menghambat mediator non histamin sehingga dapat mengurangi keluhan pasien.[2]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evani

Referensi

1. Azari AA, Arabi A. Conjunctivitis: A Systematic Review. J Ophthalmic Vis Res. 2020; 15(3):372-395.
2. Ryder EC, Benson S. Conjunctivitis. StatPearls. NCBI. 2022
4. Scott IU. Viral Conjunctivitis. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#a1
5. Yeung KK. Bacterial Conjunctivitis. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#a4
6. Ventocillia M. Allergic Conjunctivitis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a5
8. American Academy of Ophthamlmology. Conjunctivitis. 2022. https://eyewiki.aao.org/Conjunctivitis#Viral_conjunctivitis
14. Costumbrado J, Ng DK, Ghassemzadeh S. Gonococcal Conjunctivitis. [Updated 2022 Sep 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459289/
20. CDC. Chlamydial Infection. 2021. https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/chlamydia.htm
21. Solano D, Fu L, Czyz CN. Viral Conjunctivitis. StatPearls. NCBI. 2022

Diagnosis Konjungtivitis
Prognosis Konjungtivitis

Artikel Terkait

  • Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
    Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
  • Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
    Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
  • Mengapa Antibiotik Masih Diberikan pada Konjungtivitis Virus?
    Mengapa Antibiotik Masih Diberikan pada Konjungtivitis Virus?
  • Penggunaan Obat Mata Topikal pada Anak-Anak
    Penggunaan Obat Mata Topikal pada Anak-Anak
  • Pemeriksaan Klinis Konjungtivitis Viral vs Bakterial
    Pemeriksaan Klinis Konjungtivitis Viral vs Bakterial

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 April 2025, 08:41
Obat apa yang tepat untuk tatalaksana konjungtivitis pada ibu hamil?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Obat tetes mata untuk konjungtivitis pd ibu hamil apa ya?
Anonymous
Dibalas 12 Maret 2025, 08:36
Mata belekan pada bayi usia 35 hari apakah konjungtivitis neonatal dan bagaimana tatalaksananya?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Px usia 32 hr , dtg dgn kedua mata ada kotoran sktr 5 hr ni. Yg mau sy tnya kan apakah masih tmasuk konjungtivitis neonatal? Dan apakah boleh d...
Anonymous
Dibalas 05 Desember 2023, 12:20
Mata merah dan berlendir
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi saya memiiliki kasus pasien lakilaki 20 tahun mengeluhkan matanya merah dan berlendir, penurunan visus-, pandangan kabur-, pandangan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.