Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Sindrom Kompartemen Orbita annisa-meidina 2025-05-13T10:27:12+07:00 2025-05-13T10:27:12+07:00
Sindrom Kompartemen Orbita
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Sindrom Kompartemen Orbita

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa sindrom kompartemen orbita jarang ditemukan, yakni dengan insiden <1%. Namun, bila terjadi, kondisi ini berpotensi menyebabkan kebutaan dalam hitungan 60–100 menit dari onset gejala. Sindrom kompartemen orbita umumnya disebabkan oleh trauma, baik trauma mata maupun kepala.[8,9]

Global

Saat ini belum ada data prevalensi global khusus mengenai sindrom kompartemen orbita. Namun, berdasarkan studi Voss, et al. di Jerman, insiden sindrom kompartemen orbita mencapai 0,088% dari hampir 18.100 kasus emergensi maxillofacial. Penyebab yang sering ditemukan adalah trauma. Berdasarkan studi lain oleh Fattahi, et al. pada hampir 1.400 kasus dengan fraktur atau trauma orbita di Amerika Serikat, sekitar 3,6% mengalami perdarahan retrobulbar.[8,9]

Indonesia

Saat ini belum ada data epidemiologi di Indonesia untuk sindrom kompartemen orbita.

Mortalitas

Laporan mortalitas terkait sindrom kompartemen orbita jarang ditemukan. Sindrom kompartemen orbita lebih banyak berhubungan dengan gangguan visus sampai dengan kehilangan penglihatan. Mortalitas biasanya disebabkan oleh etiologinya yang fatal, misalnya trauma kepala dan leher.[2,8]

Pada studi Fattahi, et al., 3,6% pasien dari hampir 1.400 pasien dengan fraktur atau trauma orbita mengalami perdarahan retrobulbar dan sekitar 7,4% pasien meninggal dunia karena trauma tersebut.[2,8]

Studi Voss et al. pada 14 pasien dengan sindrom kompartemen orbita yang menjalani operasi dekompresi orbita menunjukkan bahwa 1 pasien mengalami kebutaan dan 2 lainnya tidak mengalami perbaikan visus. Kehilangan penglihatan maupun tidak adanya perbaikan visus rentan terjadi pada mereka yang terlambat mendapatkan penanganan dekompresi orbita.[9]

Referensi

2. American Academy of Ophthalmology (AAO). BCSC. 7.Oculofacial Plastic and Orbital Surgery AAO 2022-2023. 2022.
8. Fattahi T, Brewer K, Retana A, Ogledzki M. Incidence of retrobulbar hemorrhage in the emergency department. J Oral Maxillofac Surg Off J Am Assoc Oral Maxillofac Surg. 2014 Dec;72(12):2500–2.
9. Voss JO, Hartwig S, Doll C, Hoffmeister B, Raguse JD, Adolphs N. The “tight orbit”: Incidence and management of the orbital compartment syndrome. J Cranio-Maxillofac Surg. 2016 Aug 1;44(8):1008–14.

Etiologi Sindrom Kompartemen Orbita
Diagnosis Sindrom Kompartemen Or...

Artikel Terkait

  • Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
    Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
  • Anatomi Fungsional Mata
    Anatomi Fungsional Mata
  • Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
    Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
Diskusi Terkait
dr.M Fauzan Maulana
Dibalas 11 November 2024, 10:25
Tatalaksana trauma mata tersiram air panas
Oleh: dr.M Fauzan Maulana
3 Balasan
Pasien Laki Laki usia 16 th, datang dengan keluhan mata sisi kanan tersiram air panas sejak 1 jam smrs. Mata dirasa perih + nyeri + dan berair + pandangan...
dr.Heri Satryawan
Dibalas 24 April 2024, 08:24
Apakah bisa menggunakan lidocain 7% sebagai anestesi topikal untuk mata?
Oleh: dr.Heri Satryawan
1 Balasan
Mohon arahan dari TS Sekalian, sy bertugas di perifer sering mendapatkan kasus corpal di mata, beberapa kasus di sertai rasa nyeri dan perih, keterbatasan...
Anonymous
Dibalas 15 November 2023, 11:10
Mata terasa perih dan panas terkena lem setan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin diskusi nya dok. Px usia 17 th dtg dgn keluhan mata kiri terkena lem setan, mata terasa perih dan panas, terasa menganjal.. ketika d periksa tidak di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.