Prognosis Sindrom Kompartemen Orbita
Prognosis sindrom kompartemen orbita umumnya lebih buruk bila ditemukan gambaran “globe tenting” yang <120°. Sindrom kompartemen orbita merupakan kegawatdaruratan di bidang oftalmologi karena iskemia saraf optik dan retina berisiko menyebabkan gangguan visus sampai kebutaan. Bila dekompresi orbita bisa dilakukan tepat waktu, perbaikan visus umumnya terjadi dalam kurun waktu 4 minggu.[2,4,8,9]
Komplikasi
Komplikasi sindrom kompartemen orbita yang paling ditakutkan adalah gangguan visus hingga kebutaan yang permanen. Hal ini dikarenakan etiologinya, seperti perdarahan retrobulbar, abses, maupun emfisema orbita, dapat menekan suplai pembuluh darah retina maupun saraf optik secara langsung. Kebutaan umumnya dapat terjadi dalam 60–100 menit dari onset gejala.[2,3,6]
Komplikasi juga mungkin terjadi karena tindakan kantotomi dan kantolisis. Contohnya adalah infeksi dan perdarahan, kantolisis yang inkomplit, cedera maupun ruptur bola mata karena faktor iatrogenik, serta gangguan kemampuan palpebra inferior untuk menyangga bola mata.[1]
Prognosis
Prognosis sindrom kompartemen orbita umumnya lebih buruk bila ditemukan “globe tenting” yang <120°. Hal ini dikarenakan proptosis yang terjadi sudah cukup jauh untuk dapat mendorong bola mata ke arah anterior. Pada kondisi ini, pasien lebih berisiko mengalami kebutaan permanen dan memerlukan operasi dekompresi segera.[3–5,14]
Sebelumnya, interval waktu antara onset gejala sampai dilakukannya dekompresi orbita dianggap memengaruhi visus akhir. Namun, hal ini masih dalam pro dan kontra karena onset peningkatan tekanan intraorbita dan gangguan visus pada kondisi ini sulit ditentukan. Studi terbaru menyatakan bahwa interval waktu tersebut tidak memengaruhi outcome visus secara signifikan dalam statistik. Namun, ada studi yang menemukan bahwa visus lebih baik pada mereka yang didekompresi sebelum 2 jam.[3–5,14]