Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen Orbita annisa-meidina 2025-05-13T10:27:42+07:00 2025-05-13T10:27:42+07:00
Sindrom Kompartemen Orbita
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen Orbita

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Penatalaksanaan sindrom kompartemen orbita adalah operasi dekompresi emergensi orbita, yaitu dengan teknik kantotomi lateral dan kantolisis. Karena sindrom kompartemen orbita merupakan kegawatdaruratan yang vision threatening, penegakan diagnosis harus dilakukan dengan cepat dan tata laksana tidak boleh ditunda untuk pencitraan bila manifestasi klinis sudah jelas.[2,3,6]

Pada beberapa kasus, penurunan visus dapat muncul lebih lama, sehingga dekompresi emergensi dapat dipertimbangkan bila TIO >40 mmHg dengan RAPD (relative afferent pupillary defect) tanpa menunggu perburukan visus terjadi.[2,3,6]

Dalam waktu 60–100 menit, kebutaan permanen dapat terjadi karena iskemia retina, diskus optikus, dan jaringan okular sekitar. Dokter perlu memperhatikan bahwa gejala klinis sindrom kompartemen orbita mungkin tidak langsung muncul pada pasien dengan trauma okuli maupun cedera kepala. Maka dari itu, pasien dengan trauma okuli maupun cedera kepala harus dipantau ketat, terutama dievaluasi penurunan visus mendadak, proptosis, dan nyeri berat.[2,3,6]

Tata Laksana Awal Kegawatdaruratan

Tata laksana awal kegawatdaruratan untuk pasien dengan sindrom kompartemen orbita meliputi:

  • Elevasi kepala 45° atau posisi semi-Fowler

  • Kompres dingin untuk mengurangi edema
  • Pertimbangkan pemberian agen osmotik seperti manitol, carbonic anhydrase inhibitors seperti acetazolamide, dan agen supresi aqueous humor

  • Minta pasien untuk menghindari kegiatan yang dapat memicu manuver Valsava, batuk, atau mengejan terlalu kuat
  • Kontrol tekanan darah dalam batas normal
  • Hentikan konsumsi antikoagulan dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) apabila dicurigai perdarahan retrobulbar[3,6]

Pada kasus sindrom kompartemen orbita, konsultasi dengan spesialis oftalmologi harus segera dilakukan. Pencitraan radiologi yang berisiko menunda tata laksana dekompresi hanya boleh dilakukan apabila gejala klinis tidak jelas dan tidak ada gangguan visus. Pasien harus dipantau berkala. Bila terjadi perburukan gangguan visus, nyeri berat, dan proptosis, evaluasi dan tindakan lebih lanjut perlu dilakukan.[3,6]

 

Pembedahan

Menurut rekomendasi American Academy of Ophthalmology (AAO), begitu diagnosis sindrom kompartemen orbita ditegakkan, tata laksana emergensi berupa dekompresi orbita harus segera dilakukan. Teknik dipilih berdasarkan etiologi, yakni berhubungan dengan riwayat operasi di daerah orbita dan kelopak mata atau tidak.[2,3]

Pada kondisi di mana sindrom kompartemen orbita berhubungan dengan operasi di kelopak mata dan orbita, luka operasi harus dibuka kembali lalu evakuasi hematoma dilakukan. Setelah evakuasi hematoma, lakukan eksplorasi perdarahan dan kauterisasi pada area yang mengalami perdarahan aktif.[2]

Bila sindrom kompartemen orbita terjadi karena penyebab lainnya, tindakan dekompresi dapat memakai teknik kantotomi lateral dan kantolisis. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi tendon kantal kemudian melakukan disinsersi palpebra dari rima orbita lateral. Hal ini dilakukan supaya ruang orbita memiliki ruang lebih untuk ekspansi ke anterior, kemudian tekanan intraorbita menurun.[2,3]

Apabila tindakan kantotomi lateral dan kantolisis tidak berhasil menurunkan tekanan intraorbita, lakukan kantolisis inferior dan/atau superior. Pada sindrom kompartemen orbita yang terjadi karena abses intraorbita, drainase abses harus dilakukan. Namun, sebelumnya, kantotomi dan kantolisis tetap dilakukan sebagai tata laksana awal untuk dekompresi orbita.[2,6,13]

Medikamentosa

Tata laksana medikamentosa untuk sindrom kompartemen orbita bertujuan mengurangi tekanan intraokular (TIO). Namun, belum ada bukti yang kuat mengenai tata laksana medikamentosa yang efektif untuk sindrom kompartemen orbita. Tata laksana yang bisa dipertimbangkan pada kasus ringan tanpa gangguan visus atau untuk menunggu tindakan adalah pemberian carbonic anhydrase inhibitor (CAI), agen supresi aqueous humor, dan agen osmotik.[3,6]

Pemberian kortikosteroid dalam tata laksana sindrom kompartemen orbita sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Namun, kortikosteroid sistemik (intravena maupun oral) dapat dipertimbangkan pada kondisi di mana inflamasi dicurigai sebagai penyebabnya, dengan tujuan untuk neuroproteksi.[3,6]

Referensi

2. American Academy of Ophthalmology (AAO). BCSC. 7.Oculofacial Plastic and Orbital Surgery AAO 2022-2023. 2022.
3. Turgut B, Karanfil FC, Turgut FA. Orbital Compartment Syndrome. Beyoglu Eye J. 2019 Feb 12;4(1):1–4.
6. Murali S, Davis C, McCrea MJ, Plewa MC. Orbital compartment syndrome: Pearls and pitfalls for the emergency physician. J Am Coll Emerg Physicians Open. 2021 Mar 6;2(2):e12372.
13. See A, Gan EC. Orbital compartment syndrome during endoscopic drainage of subperiosteal orbital abscess. Am J Otolaryngol. 2015;36(6):828–31.

Diagnosis Sindrom Kompartemen Or...
Prognosis Sindrom Kompartemen Or...

Artikel Terkait

  • Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
    Cedera Optik Akibat Paparan Sinar Laser
  • Anatomi Fungsional Mata
    Anatomi Fungsional Mata
  • Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
    Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
Diskusi Terkait
dr.M Fauzan Maulana
Dibalas 11 November 2024, 10:25
Tatalaksana trauma mata tersiram air panas
Oleh: dr.M Fauzan Maulana
3 Balasan
Pasien Laki Laki usia 16 th, datang dengan keluhan mata sisi kanan tersiram air panas sejak 1 jam smrs. Mata dirasa perih + nyeri + dan berair + pandangan...
dr.Heri Satryawan
Dibalas 24 April 2024, 08:24
Apakah bisa menggunakan lidocain 7% sebagai anestesi topikal untuk mata?
Oleh: dr.Heri Satryawan
1 Balasan
Mohon arahan dari TS Sekalian, sy bertugas di perifer sering mendapatkan kasus corpal di mata, beberapa kasus di sertai rasa nyeri dan perih, keterbatasan...
Anonymous
Dibalas 15 November 2023, 11:10
Mata terasa perih dan panas terkena lem setan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin diskusi nya dok. Px usia 17 th dtg dgn keluhan mata kiri terkena lem setan, mata terasa perih dan panas, terasa menganjal.. ketika d periksa tidak di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.