Diagnosis Kontraktur Dupuytren
Diagnosis kontraktur Dupuytren atau Dupuytren contracture umumnya dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan adanya pitting dan penebalan kulit palmar. Selain itu, terdapat nodul padat tanpa nyeri, yang melekat pada kulit dan fascia profunda. Terdapat cords yang mengikuti nodul-nodul tersebut, yang berkontraksi dan menyebabkan deformitas fleksi pada jari tangan yang terpengaruh.[6,7]
Anamnesis
Saat anamnesis, tanyakan apakah ada rasa tertarik atau rasa tebal pada telapak tangan dan jari, terutama bagian pangkal proksimal jari. Jika ada, tanyakan apakah penebalan tersebut sudah ada bertahun-tahun. Progresi biasanya membutuhkan waktu cukup lama. Jari yang paling sering terkena adalah jari ke-4 dan ke-5, tetapi semua jari bisa terkena. Penyakit bisa bilateral maupun unilateral, tidak tergantung pada tangan mana yang dominan.[5-7]
Tanyakan juga kepada pasien apakah merasa ada nodul di tangan. Nodul tersebut umumnya tidak nyeri. Namun, bila nodul besar, ada kemungkinan terjadi kompresi saraf ataupun tenosinovitis yang menyebabkan nyeri.[1]
Anamnesis perlu menggali apakah ada penurunan range of motion (ROM) pada jari-jari tangan, apakah tangan kadang tersangkut dalam saku celana atau saku baju ketika ingin dikeluarkan, dan apakah kemampuan tangan untuk melakukan pekerjaan atau gerakan halus menjadi terbatas. Pasien mungkin kesulitan menggenggam sesuatu atau menulis.[1,5-7]
Selain itu, anamnesis perlu menggali faktor risiko, seperti riwayat Dupuytren pada keluarga pasien, usia pasien, riwayat diabetes mellitus, penyakit liver, alkoholisme, dan epilepsi. Riwayat pekerjaan manual dalam jangka panjang dan riwayat paparan terhadap alat yang bergetar (vibration exposure) >15 tahun juga perlu digali.[3-5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tampak dan teraba nodul padat yang mungkin lunak dan tidak nyeri. Nodul biasanya melekat pada kulit. Jika jari bergerak saat nodul bergerak, maka kemungkinan bukan kontraktur Dupuytren melainkan masalah pada tendon. Pada kasus kontraktur Dupuytren, di bagian proksimal nodul biasanya tampak ada cord.[1,5-7]
Tampak juga ada grooves atrofik atau pitting pada kulit, yang disebabkan oleh perlekatan dengan fascia di bawahnya. Dokter juga dapat menemukan kontraktur sendi metakarpofalangeal (MCP) atau sendi proksimal interfalangeal (PIP). Perhatikan juga derajat kontraktur fleksi dan periksa adanya hiperekstensi atau kontraktur kompensatori dari sendi distal interfalangeal (DIP).[1,5-7]
Dokter juga dapat melakukan Hueston tabletop test. Jika pasien tidak bisa meletakkan telapak tangan secara rata (flat) pada permukaan meja, maka hasil tes dianggap positif untuk kontraktur Dupuytren.[1,5-7]
Beberapa pasien juga mungkin menunjukkan Garrod nodes, yaitu adanya knuckle pads atau benjolan seperti bantalan pada buku-buku jari. Hal ini menandakan penyakit yang mungkin lebih agresif. Adanya keterlibatan fascia plantaris (penyakit Ledderhose) juga merupakan indikasi penyakit yang lebih parah.[1,5-7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kontraktur Dupuytren adalah trigger finger, tenosinovitis stenosis, kista ganglion, dan massa jaringan lunak.[1]
Trigger Finger
Tidak seperti kontraktur Dupuytren, trigger finger biasanya melibatkan nyeri saat fleksi, yang diikuti dengan ketidakmampuan untuk ekstensi jari yang terpengaruh.[1]
Tenosinovitis Stenosis
Tenosinovitis stenosis dapat dibedakan dari kontraktur Dupuytren dengan adanya nyeri dan riwayat overuse atau riwayat trauma.[1,2]
Kista Ganglion
Pada kasus kista ganglion, tampak ada nodul kecil yang bisa bergerak dan teraba lunak saat palpasi di MCP.[1]
Massa Jaringan Lunak
Massa jaringan lunak perlu dipertimbangkan jika pasien masih berusia jauh lebih muda daripada pasien kontraktur Dupuytren pada umumnya dan tidak ada faktor risiko kontraktur Dupuytren.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Saat ini tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk kontraktur Dupuytren. Selain itu, pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan karena diagnosis bisa ditegakkan secara klinis. Namun, pada kasus tertentu, pemeriksaan penunjang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko, seperti diabetes mellitus, epilepsi, dan penyakit liver.
Pencitraan umumnya tidak diperlukan, tetapi foto rontgen tangan mungkin dilakukan jika perlu menyingkirkan kemungkinan abnormalitas tulang. Ultrasound dapat menampilkan adanya penebalan fascia palmaris dan nodul.[1,2]
Tabel 1. Derajat Keparahan Kontraktur Dupuytren
Derajat Keparahan | Karakteristik Klinis |
Derajat 1 | Ada penebalan nodul dan pita di aponeurosis palmaris, yang mungkin disertai dengan abnormalitas kulit. |
Derajat 2 | Ada perkembangan cords di area pretendinosa maupun jari, dengan limitasi ekstensi jari. |
Derajat 3 | Ada kontraktur fleksi |
Sumber: dr. Felicia Sutarli, Alomedika, 2025.[1]