Edukasi dan Promosi Kesehatan Spondilolisis
Edukasi pasien spondilolisis terutama atlet mengenai risiko yang dapat memperberat fraktur pars sangat penting, terutama saat rehabilitasi. Pembatasan aktivitas gerakan adalah kunci untuk memberikan waktu agar terjadi proses penyembuhan pars secara alami.
Perlu dilakukan koordinasi yang baik dengan atlet dan pelatih untuk mengubah jenis latihan agar dapat mengurangi gerakan-gerakan yang berisiko tinggi menyebabkan fraktur pars interartikularis.
Edukasi
Edukasi merupakan salah satu poin penting pada penyakit spondilolisis. Pasien harus mengetahui bahwa jenis olahraga tertentu seperti gimnastik, sepak bola, tenis, angkat beban, gulat, tari dan menyelam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami spondilolisis.[7]
Edukasi mengenai biomekanik postur tubuh yang tepat serta posisi tidur yang tepat juga perlu dilakukan. Saat bangun tidur dan akan berbaring di tempat tidur lebih dianjurkan untuk dilakukan dengan posisi log-rolling. Batang tubuh harus dibatasi gerakannya hanya melakukan satu aktivitas posisi gerakan pada satu waktu tersebut. Saat duduk pasien menggunakan bantalan lumbal, bantal diletakkan di bawah lutut saat posisi supine dan di antara lutut saat berbaring miring untuk menjaga vertebra tetap dalam posisi netral.[5]
Kembali Berolahraga
Mayoritas pasien spondilolisis, terlepas dari gambaran radiologinya, dapat kembali beraktivitas misalnya olahraga setelah mereka sudah melewati masa istirahat yang dianjurkan oleh dokter yang mengawasi. Kembalinya ke aktivitas olahraga biasanya dapat dimulai secara bertahap setelah beristirahat selama 90 hari. Kriteria yang harus dipenuhi oleh pasien sebelum dapat kembali berolahraga adalah bebas nyeri pada seluruh jangkauan gerakan lumbal yang diperiksa.[24,25]
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan pada pasien spondilolisis antara lain untuk mencegah perburukan cacat pars interarticularis, antara lain dengan sosialisasi risiko pada pasien. Seorang atlet tenis harus mengetahui bahwa servis teknik topspin dapat meningkatkan risiko fraktur pars interartikularis sehingga servis tipe ini harus dihindari saat sesi latihan biasa. kerjasama yang baik dengan pelatih agar dapat memperbaiki jenis latihan rutin sehingga dapat mengurangi gerakan yang beresiko tinggi menyebabkan fraktur vertebra pars interartikularis.[11]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari