Epidemiologi Spondilolisis
Epidemiologi spondilolisis di dunia pada populasi umum adalah 6%, angka ini meningkat pada populasi atlet yaitu mencapai 15%. Di Indonesia belum terdapat data mengenai angka penderita spondilolisis, namun telah banyak studi yang meneliti mengenai prevalensi penderita nyeri punggung bawah. Spondilolisis tidak menyebabkan mortalitas, namun bila dibiarkan dapat menyebabkan morbiditas terutama pada populasi atlet.
Global
Prevalensi penderita spondilolisis secara global pada usia 6 tahun adalah 4,4% dan meningkat menjadi 6% pada dewasa. Prevalensi penderita spondilolisis pada atlet mencapai 15%, jauh lebih tinggi dari populasi umum. Angka prevalensi spondilolisis tertinggi diketahui terjadi pada penyelam yaitu mencapai 35,38%. Spondilolisis adalah penyebab tersering keluhan nyeri punggung bawah pada anak dan remaja terutama mereka yang aktif dibidang olahraga.[4,8,10,11]
Spondilolisis merupakan etiologi nyeri punggung bawah pada 15–47% kasus nyeri punggung bawah yang diderita oleh remaja. Laki-laki lebih berisiko menderita spondilolisis dengan rasio laki-laki banding perempuan di dunia adalah 2:1.[4,8,10]
Indonesia
Saat ini di Indonesia belum ada data prevalensi penderita spondilolisis baik di populasi umum maupun atlet. Namun berdasarkan studi yang dilakukan oleh Suryo dkk pada anggota TNI AD aktif yang berobat dengan nyeri punggung di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tahun 2010–2011, menyebutkan bahwa nyeri punggung bawah terjadi pada 35,7% sampel yang memiliki aktivitas fisik berat dan prevalensi ini akan meningkat menjadi 89,9% pada pasien dengan faktor risiko gabungan aktivitas fisik berat, berusia di atas 40 tahun, dan memiliki IMT ≥25.[12]
Mortalitas
Tidak terdapat angka mortalitas yang berhubungan secara langsung dengan penyakit spondilolisis, namun spondilolisis merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan morbiditas berat terutama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karena nyeri kronik yang akan memberat saat beraktivitas.[4,7]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari