Prognosis Spondilolisis
Prognosis spondilolisis adalah baik jika didiagnosa dan diterapi sedini mungkin. Komplikasi yang terjadi umumnya hanya pada spondilolisis yang berkembang hingga fase terminal, yang mengalami gagal penyatuan tulang (nonunion) dan yang tidak menjalani prosedur penatalaksanaan yang adekuat. Komplikasi yang sering terjadi pada spondilolisis adalah spondilolistesis.
Komplikasi
Komplikasi spondilolisis antara lain adalah spondilolistesis. Kejadiannya meningkat terutama pada spondilolisis bilateral bila dibanding jenis unilateral, usia remaja lebih sering daripada usia di atas 20 tahun, dan pasien perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi spondilolistesis.[3,4,22]
Studi populasi pada 500 siswa sekolah dasar berusia 6−12 tahun menunjukkan insidensi spondilolistesis sebesar 4,4%. Penelitian lain pada 37 pasien usia 49−80 tahun yang menderita spondylosis menunjukkan sebanyak 19 pasien (51,4%) mengalami spondilolistesis. Spondilolistesis degeneratif jarang menyerang individu di bawah usia 40 tahun.
Pasien spondilolisis usia tua yang mengalami degenerasi karena faktor usia lama-kelamaan dapat mengalami komplikasi berupa stenosis spinal, radikulopati, pseudoarthrosis dan nyeri kronik.[5,7]
Prognosis
Prognosis spondilolisis secara umum adalah baik jika didiagnosa dan diterapi sedini mungkin. Mayoritas kasus spondilolisis bersifat asimptomatik (80%) serta risiko untuk terjadi perburukan sangat kecil. Pasien spondilolisis simptomatik yang terjadi pada usia muda, 75% hingga 95% kasus akan membaik hanya dengan penatalaksanaan konservatif.[4,10]
Prognosis morbiditas spondilolisis bergantung pada bagian pars interartikularis yang terkena, apakah unilateral atau bilateral. Derajat fleksibilitas lumbal juga berperan, terutama pada otot hamstring yang kaku akan memperberat beban lumbal saat rotasi dan ekstensi.[4,7,10,23]
Spondilolisis dapat menyebabkan morbiditas kronik berupa nyeri punggung bawah yang akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari terutama pada atlet. Perburukan spondilolisis menjadi spondilolistesis umumnya sering terjadi pada usia muda dan risikonya terus menurun seiring bertambahnya usia. Insidensi spondilolistesis pada populasi pasien spondilolisis adalah 24%, dan insidensi tertinggi ditemukan pada remaja dengan angka insidensi 38%.[4,7,10,23]
Alasan utama pengobatan menjadi tidak berhasil adalah ketidakpatuhan pasien dalam membatasi aktivitas dan kegagalan pengembalian kekuatan otot inti dan gluteal. Otot-otot yang lemah ini menjadi tidak mampu mempertahankan panggul dan tulang lumbal pada posisi netral, padahal posisi tersebut penting mengurangi risiko cedera berulang.[25]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari