Etiologi Spondilolisis
Etiologi spondilolisis terbagi menjadi etiologi genetik dan non genetik. Faktor risiko terjadinya spondilolisis antara lain berkaitan dengan jenis kelamin, suku, pekerjaan, serta riwayat penyakit yang berhubungan dengan cacat tulang belakang. Spondilolisis lebih sering dialami oleh laki-laki dan para atlet yang sering melakukan gerakan hiperekstensi dan rotasi berulang seperti gimnastik, penyelam, sepak bola dan angkat beban.
Etiologi
Etiologi spondilolisis dapat dibagi menjadi dua, yaitu etiologi genetik dan non genetik. Kedua etiologi tersebut secara bersama-sama berperan pada timbulnya manifestasi spondilolisis. Beberapa orang mengalami spondilosis secara genetik dari orang tuanya, mereka lebih rentan karena memiliki pars interartikularis yang mengalami displasia sehingga bagian pars tersebut lebih lemah dari normal.[1,5]
Pada orang dengan riwayat keturunan spondilolisis tersebut, apabila faktor non genetik yang menyebabkan trauma berulang dan hiperekstensi vertebra terjadi, maka akan segera berkembang menjadi spondilolisis, baik simptomatik maupun asimptomatik.[1,5,7]
Faktor Risiko
Faktor risiko spondilolisis antara lain adalah menderita kelainan pada tulang belakang, contohnya pada orang yang menderita lordosis lumbal, spina bifida occulta, sindrom Marfan, osteogenesis imperfecta, dan osteoporosis. Selain itu risiko spondilolisis akan meningkat pada pasien dengan riwayat orang tua dengan spondilolisis serta berjenis kelamin laki-laki.
Hobi atau pekerjaan yang membutuhkan gerakan hiperekstensi dan rotasi lumbal contohnya pada olahraga sepak bola, penyelam, angkat beban dan gimnastik juga berperan penting dalam pembentukan spondilolisis.[5.7,9]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari