Pendahuluan Tendinopati Achilles
Tendinopati achilles merupakan kondisi cedera pada tendon achilles, mencakup tendinitis (peradangan akut) dan tendinosis (peradangan kronis). Tendinopati memiliki ciri khas adanya nyeri, penurunan toleransi olahraga pada tendon, dan penurunan fungsi. Kondisi ini menyebabkan nyeri, peradangan, dan kekakuan tendon achilles yang seringkali menghambat gerakan ekstremitas bawah.[1,2]
Tendon achilles merupakan tendon terbesar di tubuh manusia, yang menghubungkan antara otot plantaris, gastrocnemius, dan soleus ke tulang calcaneus. Paratenon adalah struktur lapisan sel tunggal seperti selubung yang mengelilingi tendon dan berfungsi menyuplai aliran darah ke tendon. Pada tendon achilles bagian tengah (midportion), yaitu pada 2‒6 cm proksimal dari insersi tendon achilles di calcaneus, sering terjadi cedera akibat hipovaskularisasi.[1,2]
Terminologi pada kondisi patologi tendon achilles kadang membingungkan dan tidak konsisten. Terminologi yang saat ini digunakan adalah:
- Tendinopati achilles bagian midportion, yaitu sindrom klinis yang mempunyai ciri khas kombinasi rasa nyeri, pembengkakan, dan gangguan performa. Termasuk di dalamnya adalah diagnosis histopatologis tendinitis dan tendinosis
- Paratendinopati achilles, yaitu peradangan akut atau kronis disertai degenerasi membran tipis yang menyelubungi tendon achilles, berhubungan dengan tenosinovitis dan tenovaginitis
- Tendinopati achilles insertional, yaitu lokasi gangguan pada bagian insersi tendon achilles pada calcaneus. Bisa disertai dengan tonjolan tulang atau kalsifikasi pada titik insersi
- Bursitis retrocalcaneal, yaitu peradangan pada bursa pada resesus di antara sisi anterior inferior tendon achilles dan resesus retrocalcaneal
- Bursitis calcaneal superfisial, yaitu peradangan pada bursa yang terletak di antara prominensia calcaneal atau tendon achilles dengan kulit. Sering disebut juga dengan penyakit Haglund[3]
Etiologi tendinopati achilles dibagi menjadi penyebab faktor intrinsik dan ekstrinsik. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan anamnesis tanda dan gejala nyeri lokal, sensitivitas fokal atau difus, pembengkakan, kekakuan/nyeri di pagi hari, rigiditas tendon, tanda arkus positif/arc test, pemeriksaan Royal London Hospital, dan pemeriksaan Thompson.[2,3]
Penegakan diagnosis tendinitis, tendinosis, dan paratendinitis adalah dengan pemeriksaan histopatologi. Beberapa pemeriksaan penunjang adalah rontgen, USG, MRI, CT-Scan, dan Victoria Institute of Sports Assessment – Achilles (VISA-A).[2,3]
Peradangan kronis dapat memicu neovaskularisasi sehingga berisiko menyebabkan ruptur tendon achilles. Tata laksana terdiri dari terapi konservatif atau bedah, di mana pembedahan dilakukan pada 10–30% pasien yang gagal setelah 6 bulan terapi konservatif.[2-4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini