Etiologi Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
Etiologi Middle East Respiratory Syndrome atau yang dikenal dengan MERS, adalah virus MERS-CoV. Virus MERS-CoV termasuk dalam golongan betacoronavirus. Transmisi zoonotik virus penyebab MERS adalah kelelawar dan dromedari, yaitu unta berpunuk satu. Saat ini, dromedari telah terbukti menularkan MERS kepada manusia, sedangkan peran kelelawar sebagai reservoir masih dalam penelitian.[1,6]
Etiologi
MERS-CoV merupakan virus yang memiliki struktur rantai tunggal RNA, dengan 2 protein replikasi. Protein struktural virus yang terdiri dari membran, spike, nukleokapsid dan envelope, serta protein lain berfungsi untuk replikasi dan menyebabkan penyakit.[10]
Transmisi virus MERS-CoV terjadi kontak langsung dan tidak langsung dari unta berpunuk satu, seperti urin, feses unta dan cairan tubuh. Unta, terutama dromedari (unta berpunuk satu), merupakan reservoir utama dari MERS-CoV. MERS-CoV menyerang manusia. Meski jarang terjadi, penyebaran melalui kontak langsung antar manusia dapat terjadi.[9,10]
Faktor Risiko
Faktor risiko MERS adalah tinggal di daerah endemis MERS yaitu negara kawasan Timur Tengah. Orang yang memiliki okupasi berkaitan dengan unta mempunyai risiko lebih tinggi.[11,12]
Selain itu, terdapat faktor risiko bagi orang yang bepergian ke daerah endemis, yaitu:
- Terekspos dengan dromedari dalam waktu 2 minggu hingga 6 bulan terakhir
- Penyakit endokrin: diabetes mellitus
- Penyakit kardiovaskular: hipertensi dan penyakit jantung kronik
- Penyakit paru: penyakit paru obstruktif kronik
- Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis
- Pasien imunokompromais dengan ko-infeksi
- Usia tua
- Laki-laki
- Merokok[1,11]
Tinggal dengan orang yang terinfeksi juga merupakan faktor risiko dalam rumah tangga. Tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi juga mempunyai risiko untuk terkena infeksi MERS.[11,12]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja