Diagnosis Norovirus
Diagnosis gastroenteritis akibat norovirus secara definitif ditentukan melalui pemeriksaan molekuler. Namun, pada setting klinis terbatas, bisa digunakan kriteria diagnosis Kaplan atau melalui anamnesis.[2,6]
Anamnesis
Anamnesis riwayat pasien yang mencakup: onset, frekuensi, tipe, dan volume BAB, adanya darah,muntah, riwayat medikasi,kondisi penyerta serta pertanyaan epidemiologis.[7]
Gejala Norovirus muncul dalam 24–48 jam setelah ingesti patogen. Onset dapat terjadi secara mendadak atau bertahap, tetapi setiap episode terjadi secara singkat, selama 24–72 jam. Gejala yang mungkin terjadi adalah:
- Mual muntah (profuse, tidak bercampur darah atau empedu)
- Diare cair (tidak bercampur darah)
- Kram perut
- Nyeri kepala
- Demam ringan (namun bisa juga mencapai 38,9 derajat Celcius)
- Nyeri otot dan malaise[4]
Kriteria Kaplan adalah kriteria klinis dan epidemiologis pada setting klinis yang terbatas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi wabah norovirus secara cepat. Penggunaan kriteria ini sudah dievaluasi pada tahun 2006 dan tetap bermanfaat dalam penegakan diagnosis.[2]
Kriteria Kaplan:
- Gejala muntah pada lebih dari separuh kasus simptomatik
- Rerata atau median periode inkubasi adalah 24–48 jam
- Rerata (atau median) durasi penyakit adalah 12–60 jam
- Tidak ditemukan isolated patogen bakteri pada kultur tinja[2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda demam ringan, takikardia, dan kemungkinan hipotensi akibat kekurangan cairan. Selain itu tidak ditemukan adanya focal tenderness dan tanda peritoneal pada pemeriksaan abdomen.[4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gastroenteritis viral selain dari norovirus, di antaranya rotavirus, astrovirus, Enteric adenovirus, dan sapovirus.[8]
Tabel 1. Fitur Klinis Diare Berdasarkan Patogen
Patogen | Fitur Klinis | |||||
Nyeri Abdomen | Demam | Bukti Inflamasi pada Tinja | Mual, Muntah | Heme pada Tinja | BAB Berdarah | |
Shigella | ++ | ++ | ++ | ++ | +/- | + |
Salmonella | ++ | ++ | ++ | + | +/- | + |
Campylobacter | ++ | ++ | ++ | + | +/- | + |
Yersinia | ++ | ++ | + | + | + | + |
Norovirus | ++ | +/- | - | ++ | - | - |
Vibrio | +/- | +/- | +/- | +/- | +/- | +/- |
Cyclospora | +/- | +/- | - | + | - | - |
Cryptosporidium | +/- | +/- | + | + | - | - |
Giardia | ++ | - | - | + | - | - |
E. hystolytica | + | + | +/- | +/- | ++ | +/- |
C. difficile | + | + | ++ | - | + | + |
E. coli yang memproduksi toksin Shiga | ++ | 0 | 0 | + | ++ | ++ |
Keterangan: ++: sering; +: bisa terjadi; +/-: bervariasi; -: tidak biasa; 0: atipikal/seringkali tidak ada |
Sumber: World Gastroenterology Organisation Global Guidelines, 2012.[7]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak dilakukan secara rutin, kecuali pada kasus berat di mana terdapat ketidakseimbangan cairan, elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin.[4]
Pemeriksaan Molekuler
Pemeriksaan molekuler biasanya hanya tersedia di fasilitas kesehatan yang lengkap, namun pemeriksaan ini cukup penting untuk mempercepat identifikasi pada wabah serta mengurangi transmisi antar manusia, terutama pada populasi rentan.[2]
Pemeriksaan Feses
Pada pemeriksaan feses, tidak adanya leukosit tinja dan occult blood pada tinja dapat mengeksklusi adanya proses diare infeksi yang enteroinvasif. Kultur tinja juga bisa dilakukan untuk mengeksklusi infeksi bakteri seperti spesies Yersinia, Shigella, Salmonella, dan Campylobacter.
Jika pasien merupakan wisatawan mancanegara, dapat dilakukan pemeriksaan telur, parasit, serta kultur tinja. Pada pasien imunokompromais, bisa dilakukan pemeriksaan tinja untuk cyclospora, cytomegalovirus (CMV), isospora, dan cryptosporidium.[4]
Antigen Detection Immunoassay
Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas tinggi namun spesifisitas rendah karena reaktivitas dengan virus lain.[4]
Nucleic Acid Amplification
Pemeriksaan ini sangat sensitif dan spesifik. Sensitivitas RT-PCR adalah 1000 kali lebih besar dibanding enzyme-linked immunosorbent assay standar.[4]
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan untuk gastroenteritis sederhana tidak diperlukan. Namun pada pasien dengan gejala berat di mana dicurigai adanya akut abdomen atau pada pasien dengan penyakit penyerta seperti inflammatory bowel disease, maka pemeriksaan pencitraan seperti x-ray abdomen dan CT-scan abdomen diperlukan.[4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini