Pendahuluan Shigellosis
Shigellosis adalah penyakit diare bakterial yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif spesies Shigella, yaitu Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei. Shigellosis ditransmisikan melalui fekal-oral dan banyak ditemukan di daerah dengan populasi padat dan sanitasi buruk.[1,2]
Manifestasi klinis shigellosis muncul antara 12 jam hingga 3 hari setelah paparan organisme. Gejala tipikal shigellosis antara lain diare akut cair, mukoid, atau berdarah, dengan atau tanpa demam, mual, muntah, anoreksia, letargi, tenesmus, dan nyeri abdomen. Resolusi penyakit terjadi dalam 5-7 hari setelah onset gejala, namun komplikasi hingga kematian dapat terjadi terutama pada kelompok risiko tinggi seperti bayi dan anak-anak, lansia, serta individu immunocompromised.[1,3,4]
Dalam mendiagnosis shigellosis perlu dipertimbangkan diagnosis banding lain dengan temuan klinis yang serupa yaitu amebiasis, cryptosporidiosis, salmonellosis, infeksi Campylobacter, infeksi Clostridium difficile, infeksi Yersinia enterocolitica, disentri Escherichia coli, dan kolera. Diagnosis shigellosis ditegakkan dengan menemukan Shigella pada sampel feses pasien, yaitu dengan metode kultur bakteri dari sampel feses atau polymerase chain reaction (PCR).[1,2,4,5]
Penatalaksanaan shigellosis yang utama adalah pemberian antibiotik yang disesuaikan dengan status resistensi, serta terapi suportif untuk menjaga hidrasi dan keseimbangan elektrolit. Prognosis shigellosis pada pasien yang diterapi dini umumnya baik, namun prognosis juga dipengaruhi oleh faktor usia pasien, status imun pasien, serta ada tidaknya komplikasi seiring progresi penyakit.[1,2,6]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani