Penatalaksanaan Shigellosis
Penatalaksanaan shigellosis yang utama adalah pemberian antibiotik. Terapi cairan bisa diperlukan pada pasien yang mengalami dehidrasi.[1,6]
Terapi Antibiotik
Pada pasien dengan keadaan umum baik, gejala ringan, tanpa komplikasi, shigellosis umumnya dapat sembuh spontan dalam 2-7 hari hanya dengan cairan dan istirahat yang cukup. Namun, untuk kepentingan kesehatan publik, antibiotik tetap direkomendasikan pada pasien dengan pemeriksaan feses positif Shigella.
Pemberian antibiotik terbukti dapat mengurangi durasi gejala penyakit hingga 48 jam, menurunkan risiko komplikasi, dan mempercepat eliminasi Shigella dari feses (durasi faecal carriage menurun dari 4 minggu hingga 3 hari). Ini akan menurunkan risiko transmisi secara signifikan.[2,5,6]
Antibiotik diberikan terutama untuk pasien dengan gejala berat, membutuhkan rawat inap atau terjadi komplikasi, pasien immunocompromised, pasien lansia, dan anak malnutrisi. Antibiotik juga diperlukan pada pasien yang bekerja di fasilitas publik, terutama yang berhubungan dengan bahan pangan dan tenaga kesehatan.[5,6]
Pemilihan Antibiotik
Pemilihan antibiotik untuk terapi shigellosis menjadi tantangan tersendiri akibat adanya resistensi antibiotik yang bervariasi antar-daerah di seluruh dunia. Oleh karena itu, uji kepekaan antibiotik perlu dilakukan sebagai bagian dari tata laksana pasien yang dicurigai shigellosis.
Selama menunggu hasil uji kepekaan antibiotik, terapi empirik diberikan terlebih dahulu. Pasien dianjurkan untuk kembali ke dokter jika tidak ada perbaikan gejala setelah 48 jam minum antibiotik.[1,2,5]
Dewasa:
Pada pasien dewasa, selagi menunggu hasil uji kepekaan antibiotik, antibiotik diberikan berdasarkan kemungkinan resistensi regional dan demografi wilayah. Fluorokuinolon dapat diberikan pada pasien tanpa faktor risiko resistensi. Sementara itu, pada pasien risiko tinggi, termasuk wisatawan, pasien HIV, dan populasi lelaki seks dengan lelaki (LSL, dapat diberikan sefalosporin generasi ketiga. Antibiotik dapat diganti sesuai hasil uji kepekaan antibiotik.[1,6]
Pilihan fluorokuinolon yang direkomendasikan yaitu:
Ciprofloxacin 15 mg/kg diberikan per oral 2 kali sehari dengan dosis maksimal 500 mg
Norfloxacin 10 mg/kg diberikan per oral 2 kali sehari dengan dosis maksimal 400 mg.
Terapi diberikan selama 3 hari.[1,6]
Pilihan sefalosporin generasi ketiga yang direkomendasikan yaitu ceftriaxone 50-100 mg/kg diinjeksikan secara intramuskuler sekali sehari selama 2-5 hari tergantung keparahan penyakit.[1,6]
Anak:
Pada anak-anak, dapat diberikan azithromycin jika tes kepekaan antibiotik belum diketahui. Azithromycin diberikan dengan dosis 6-20 mg/kg per oral sekali sehari selama 4 hari. Terapi alternatif lain yang dapat digunakan yaitu pivmecillinam 20 mg/kg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.[1,6]
Antibiotik intravena diindikasikan untuk pasien anak dengan status immunocompromised, pasien anak yang tidak dapat minum obat oral, dan pasien anak dengan infeksi berat, yaitu pasien anak dengan gejala dan tanda bakteremia. Antibiotik intravena yang direkomendasikan yaitu ceftriaxone 50-100 mg/kg diinjeksikan secara intramuskuler sekali sehari selama 2-5 hari tergantung keparahan penyakit.[1,6]
Terapi Suportif dan Simptomatik
Terapi suportif dan simtomatik meliputi pemberian antipiretik, rehidrasi terhadap kehilangan cairan akibat diare, menjaga keseimbangan elektrolit, serta memberi asupan cairan dan diet rendah laktosa rendah residu hingga gejala membaik.
Obat antimotilitas seperti loperamide tidak direkomendasikan karena dapat memperburuk gejala, meningkatkan risiko dilatasi toksik di kolon, memperpanjang durasi infeksi dan meningkatkan proses shedding bakteri.[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani