Pendahuluan Agorafobia
Agorafobia ditandai dengan ketakutan atau rasa cemas berlebih saat berada, atau memikirkan keadaan di tempat umum atau keramaian. Rasa takut dan cemas menyebabkan pasien agorafobia menghindari berbagai situasi, seperti ruang terbuka atau tertutup, keramaian, dan transportasi umum.[1–3]
Pasien berpikir akan terjebak dalam situasi tersebut dan tidak bisa keluar atau mendapatkan bantuan. Agorafobia dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam pekerjaan dan situasi sosial di luar rumah. Pada kasus yang berat, pasien bahkan tidak berani meninggalkan rumah.[1,3]
Etiologi agorafobia dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa kanak-kanak yang traumatis, misalnya kehilangan orang tua di usia muda, childhood fears, mimpi buruk, atau karena orang tua yang overprotective, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk mengatasi situasi-situasi yang menakutkan.[3]
Kriteria diagnosis agorafobia didasarkan pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). Diagnosis biasa ditegakkan melalui anamnesis, sebab pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan gejala spesifik. Pemeriksaan penunjang, seperti hormon tiroid, glukosa darah puasa, dan elektrokardiografi (EKG), dapat dilakukan untuk membantu menyingkirkan diagnosis banding.[3,4]
Tata laksana agorafobia adalah dengan psikoterapi dan farmakoterapi. Cognitive based therapy (CBT) merupakan metode psikoterapi yang paling umum digunakan. Sedangkan farmakoterapi lini pertama yang dapat digunakan adalah golongan selective serotonin receptor inhibitors (SSRIs), seperti escitalopram, fluoxetine, dan sertraline. Kombinasi CBT dan farmakoterapi terbukti lebih efektif, dibanding obat-obatan saja.[1,5]
Prognosis agorafobia kurang baik, sebab penyakit ini bersifat persisten dan kronis. Kemungkinan remisi hanya dapat dicapai jika pasien diobati dengan baik. Oleh sebab itu, edukasi terhadap pasien agorafobia perlu dilakukan agar pasien memahami pentingnya mematuhi pengobatan. Untuk mencegah dropout, pasien sebaiknya turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan terapi.[3,5]