Epidemiologi Agorafobia
Epidemiologi agorafobia adalah sekitar 1,7% dari populasi umum, dan sebagian besar muncul sebelum usia 35 tahun. Mortalitas pada agorafobia lebih tinggi daripada populasi umum, sebab gangguan cemas sering dikaitkan dengan peningkatan risiko komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes.
Global
Menurut DSM-5, agorafobia terjadi pada sekitar 1,7% dari populasi umum. Sebagian besar kasus agorafobia muncul sebelum usia 35 tahun. Peningkatan risiko munculnya agorafobia ada pada usia remaja akhir dan dewasa awal, dengan usia rata-rata saat onset adalah 17 tahun.[3]
Institut Kesehatan Mental Nasional di Amerika Serikat memperkirakan prevalensi agorafobia seumur hidup adalah 1,3%, dengan tingkat kejadian tahunan 0,9%. Tingkat prevalensi tahunan agorafobia serupa antara pria dan wanita, yaitu 0,8% dan 0,9%.[8]
Gangguan ansietas, termasuk agorafobia, lebih sering terjadi pada orang yang tidak menikah, pendidikan rendah, pendapatan rendah, dan pada orang yang tidak bekerja.[5]
Indonesia
Belum tersedia data epidemiologi agorafobia di Indonesia. Menurut perhitungan beban penyakit pada tahun 2017, gangguan cemas merupakan penyebab gangguan jiwa kedua terbanyak di Indonesia.[9]
Mortalitas
Mortalitas pada agorafobia diketahui lebih tinggi sebesar 1,4 kali pada kematian akibat penyebab alami, dan 2,5 kali pada kematian akibat penyebab tidak alami. Gangguan ansietas diketahui meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes, artritis, dan penyakit paru, dibanding populasi umum.
Tingginya komorbiditas dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat, kepatuhan pengobatan yang rendah, dan disregulasi sistem stres psikologis.[5]