Edukasi dan Promosi Kesehatan Agorafobia
Edukasi pada agorafobia dilakukan untuk memastikan pasien mentaati pengobatannya. Sebab, remisi pada agorafobia hanya mungkin dicapai jika dilakukan tata laksana yang tepat. Pencegahan agorafobia dilakukan dengan mengenali dan manajemen faktor risiko dini.
Edukasi Pasien
Pasien perlu diedukasi bahwa agorafobia merupakan penyakit yang persisten dan kronis. Remisi hanya mungkin dicapai dengan pengobatan yang baik. Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sangat penting.[1]
Pasien juga sebaiknya dilibatkan dalam pemilihan pengobatan yang akan diterimanya. Pilihan pengobatan meliputi psikoterapi, misalnya cognitive behavioral therapy (CBT), dan farmakoterapi, misalnya dengan sertraline, fluoxetine, dan escitalopram.[1,5]
Sebuah tinjauan tahun 2019 mendapatkan bahwa pasien gangguan jiwa yang menerima pengobatan sesuai pilihan mereka memiliki angka dropout yang lebih rendah dan angka kepatuhan terapi yang lebih tinggi, dibandingkan pasien dengan menerima pengobatan yang tidak sesuai dengan pilihan mereka. atau yang tidak diberikan pilihan.[15]
Promosi Kesehatan dan Pencegahan
Pencegahan agorafobia meliputi identifikasi faktor risiko. Manajemen faktor risiko dapat dilakukan dengan mengenali gejala secara dini, intervensi cepat, adanya akses ke fasilitas kesehatan jiwa dan tenaga kesehatan, serta tata laksana efektif dengan psikoterapi dan farmakoterapi.[1]
Promosi kesehatan untuk agorafobia perlu berfokus untuk memperbaiki fungsi sosial dan kemampuan bekerja pasien. Sebagai contoh, kesehatan mental pada lingkungan kerja perlu diperhatikan. Peran lingkungan kerja, antara lain tidak mencetuskan gejala, serta mendukung pengobatan dan proses rehabilitasi mental pekerjanya.[5]