Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Amphetamine and Cocaine Use Disorder general_alomedika 2022-11-04T10:52:15+07:00 2022-11-04T10:52:15+07:00
Amphetamine and Cocaine Use Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Amphetamine and Cocaine Use Disorder

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan
Share To Social Media:

Patofisiologi kecanduan psikostimulan akibat amphetamine and cocaine use disorder berhubungan dengan aktivitas zat tersebut pada sistem saraf pusat. Golongan psikostimulan ini merangsang aktivitas neurotransmiter monoamin seperti dopamin, norepinephrine dan serotonin baik di sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer.

Kokain dan amfetamin bekerja pada transpor presinaps yang berhubungan dengan ambilan neurotransmiter. Kokain bekerja sebagai inhibitor reuptake yang bekerja memblokade reuptake oleh transporter sehingga menyebabkan lebih banyak neurotransmiter yang bertahan di sinaps. Amfetamin bekerja dengan cara melepaskan kembali neurotransmiter yang sudah di-reuptake melalui transporter. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi neurotransmiter seperti dopamin, serotonin, dan norepinephrine.[1,2]

Peningkatan Dopamin

Dopamin bekerja pada ventral tegmental sentral (ventral tegmental area/VTA) hingga ke korteks prefrontal dan daerah limbik, nucleus accumbens serta ventral pallidum. Penelitian pada hewan coba menemukan bahwa pemberian kokain dan amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin ekstraseluler secara temporer. Manifestasi klinis berupa perubahan perilaku pada hewan coba dipengaruhi oleh afinitas substansi pada transporter dopamin.[1,2]

Pada percobaan yang dilakukan pada hewan coba yang dilakukan rekayasa genetik sehingga terjadi perubahan transporter dopamin, ditemukan bahwa pemberian kokain tidak menunjukkan gejala klinis. Pemberian kokain juga tidak ditemukan memberikan gejala pada tikus tanpa reseptor dopamin D1. Studi pencitraan pada manusia dengan PET Scan menemukan bahwa pada pemberian psikostimulan akut terjadi peningkatan dopamin pada striatum dorsal.[1,2]

Peningkatan Neurotransmiter Lainnya

Substansi golongan psikostimulan juga meningkatkan aktivitas serotonin dan norepinephrine. Peningkatan serotonin dapat mempengaruhi perubahan perilaku, namun tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

Glutamat mungkin berperan penting dalam relaps penyalahgunaan kokain dan amfetamin. Kokain dan amfetamin juga meningkatkan asetilkolin di otak.[1]

Efek Akut Amphetamine and Cocaine Use Disorder

Pada kondisi akut, penggunaan stimulan akan menyebabkan pelepasan neurotransmiter secara cepat. Kondisi ini akan menyebabkan euforia, peningkatan energi dan libido, menurunkan rasa lelah dan nafsu makan. Kondisi ini juga akan menyebabkan peningkatan kepercayaan diri dan kewaspadaan. Pada pasien juga dapat ditemukan takikardia dan peningkatan tekanan darah sebagai akibat dari efek adrenergik.[1]

Efek Kronis Amphetamine and Cocaine Use Disorder

Pada penggunaan fase kronis terdapat siklus yang dikenal sebagai siklus binge-abstinence (menggunakan-berpantang) yang bergantung pada pemakaian oleh pengguna. Siklus penggunaan ini menyebabkan desensitisasi sehingga menyebabkan kebutuhan dosis yang lebih tinggi. Penggunaan dosis yang meningkat dapat menyebabkan gejala psikotik berupa paranoia, delusi dan halusinasi.[1]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

1. Ciccarone D. Stimulant Abuse: Pharmacology, Cocaine, Methamphetamine, Treatment, Attempts at Pharmacotherapy. Prim Care. 2011;38(1):41–58. DOI:10.1016/j.pop.2010.11.004.
2. Preda A. Stimulants. 2018. Dapat diakses pada: https://emedicine.medscape.com/article/289007-overview#a1

Pendahuluan Amphetamine and Coca...
Etiologi Amphetamine and Cocaine...

Artikel Terkait

  • Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
    Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
  • Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
    Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
  • Telekonsultasi pada Rehabilitasi Adiksi
    Telekonsultasi pada Rehabilitasi Adiksi
  • Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
    Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
  • Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom
    Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 17 Mei 2023, 18:57
Obat ARV yang memengaruhi hasi dari Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN)
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin konsul pasien konsumsi ARV TLD, dan sempat membaca jika ARV sejenis Evapiren bs terdeteksi positif pada SKBN, untuk kandungan Tenofovir Lamivudine...
dr. Nurul Falah
Dibalas 28 Oktober 2021, 09:54
Sakau dan overdosis obat bagaimana membedakannya
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dokter, mohon pencerahannya.Bagaimana membedakan antara gejala sakau dengan overdosis obat?Terimakasih sebelumnya dokter.
dr.Roshni Manwani
Dibalas 14 Oktober 2021, 09:16
Tindakan Medis Tes Narkoba - Artikel Alomedika
Oleh: dr.Roshni Manwani
1 Balasan
ALO Dokter!Tes narkoba atau drug abuse screening test adalah pemeriksaan terhadap obat, bahan kimia, atau produk tumbuhan yang bisa disalahgunakan untuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.