Prognosis Amphetamine and Cocaine Use Disorder
Prognosis amphetamine and cocaine use disorder dipengaruhi dengan manifestasi klinis yang terjadi. Prognosis amphetamine and cocaine use disorder yang lebih buruk ditemukan pada pasien dengan overdosis, dan ditemukan tanda-tanda kegagalan organ yang jelas. Pasien yang mengonsumsi amfetamin dan kokain dalam jangka panjang dan bersama substansi lainnya memiliki prognosis yang lebih buruk. Komplikasi yang terjadi pada kecanduan kokain dan amfetamin adalah kerusakan berbagai organ mulai dari otak, jantung, ginjal hingga otot.
Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi amphetamine and cocaine use disorder yang mungkin terjadi. Kecanduan penggunaan psikostimulan menyebabkan gangguan fungsi banyak organ. Gangguan fungsi organ pada kasus akut biasanya terjadi karena cedera yang disebabkan oleh iskemia, stimulasi sistem saraf, toksisitas langsung dan mekanisme lain.[1-2]
Komplikasi Akibat Iskemia
Gangguan jaringan akibat iskemia terjadi karena vasokonstriksi, vasospasme, kerusakan endotel, serta peningkatan aktivasi dan agregasi trombosit. Penggunaan psikostimulan dapat menyebabkan komplikasi berikut:
- Gangguan serebrovaskular termasuk transient ischemic attack dan stroke
Infark miokard (yang diperparah karena peningkatan kebutuhan oksigen)
- Ulserasi dan infark saluran gastrointestinal
- Gagal ginjal (dapat terjadi karena iskemia atau akibat rabdomiolisis sekunder[1-2]
Komplikasi Lainnya
Selain komplikasi akibat iskemia, penggunaan psikostimulan juga dapat menyebabkan komplikasi berikut:
- Aritmia sebagai akibat dari blokade kanal natrium dan peningkatan norepinephrine
- Miokarditis dan kardiomiopati sebagai akibat dari efek toksik paparan kronis terhadap katekolamin dosis tinggi
- Kerusakan otot (rhabdomiolisis) yang disebabkan oleh toksisitas langsung
- Edema paru sebagai akibat toksisitas langsung dan perubahan pembuluh darah[1-2]
Selain itu, penggunaan psikostimulan juga menyebabkan gangguan hidung dan sinus serta komplikasi pada kehamilan (abrupsi plasenta, berat badan lahir rendah, kesulitan makan dan dihipotesiskan dapat menyebabkan defisit kognitif bayi).
Penggunaan psikostimulan juga dapat menyebabkan stimulasi berlebihan sistem saraf yang ditandai dengan kejang, gangguan gerakan (tweaking), reaksi distonia akut, diskinesia, akatisia, gejala psikotik, serta gangguan perfusi lokal. Stimulasi pada sistem saraf simpatik dapat menyebabkan takikardia, peningkatan tekanan darah, stimulasi atau inhibisi endokrin dan disfungsi seksual.[1]
HIV
HIV dapat merupakan komplikasi tidak langsung dari amphetamine and cocaine use disorder. Penggunaan psikostimulan meningkatkan risiko perilaku seksual yang berisiko. Selain itu, penggunaan amfetamin juga meningkatkan frekuensi penyuntikan dan risiko penggunaan jarum suntik bergantian. Selain HIV, juga terdapat peningkatan risiko transmisi HCV dan HBV di antara pengguna jarum suntik.[1-3]
Pada studi ditemukan hubungan antara perilaku seksual berisiko dengan penggunaan psikostimulan. Perilaku seksual berisiko yang dapat ditemukan adalah perilaku seks yang tidak menggunakan proteksi, jumlah pasangan yang banyak dan perilaku menukarkan seks untuk obat atau uang. Pada studi lain ditemukan bahwa terdapat prevalensi yang secara signifikan lebih tinggi pengguna metamfetamin pada LSL (laki seks laki) dibandingkan populasi umum.[1]
Neonatal Abstinence Syndrome
Penggunaan amfetamin dan kokain pada ibu hamil dapat menyebabkan kondisi neonatal abstinence syndrome (NAS). Gejala NAS melibatkan sistem saraf pusat dan otonom, serta sistem gastrointestinal. Umumnya NAS ditandai dengan adanya iritabilitas, menangis terus, tremor, gangguan nafsu makan, muntah, diare, banyak berkeringat, gangguan siklus tidur, dan kadang disertai kejang pada neonatus.
Prognosis
Kokain dan amfetamin banyak dikaitkan dengan kematian akibat overdosis. Pada studi yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa terjadi peningkatan kematian akibat overdosis kokain (11,2% pada tahun 2010 hingga 12,4% pada tahun 2014) dan peningkatan kematian akibat overdosis amfetamin (3,6% pada tahun 2010 hingga 7,9% pada tahun 2014).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis kematian pada amphetamine and cocaine use disorder. Overdosis merupakan salah satu penyebab kematian pada amphetamine and cocaine use disorder. Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan kematian adalah tingginya upaya bunuh diri pada pengguna amfetamin dan kokain. Selain itu, ditemukan juga penggunaan amfetamin dan/atau kokain bersama substansi lainnya, termasuk alkohol meningkatkan risiko kematian pada pengguna.[8,16]
Penggunaan jangka panjang juga mempengaruhi prognosis pasien dengan amphetamine and cocaine use disorder adalah lama konsumsi substansi. Penggunaan jangka panjang kokain ditemukan menyebabkan neurotoksisitas pada neuron yang berkaitan dengan dopamin, menyebabkan atrofi substansi grisea serebral, dan penurunan perfusi otak. Penggunaan amfetamin jangka panjang dapat menyebabkan gangguan seperti penurunan daya ingat.[17]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri