Pendahuluan Chronic Fatigue Syndrome
Chronic fatigue syndrome (CFS) atau juga disebut ensefalomielitis myalgik, adalah penyakit multisistem kompleks yang umumnya ditandai dengan kelelahan berat, disfungsi kognitif, gangguan tidur, disfungsi otonom, dan malaise pasca aktivitas. Kondisi ini sekarang lebih sering disebut sebagai myalgic encephalomyelitis/ chronic fatigue syndrome (ME/CFS).[1,2]
Etiologi dan patofisiologi CFS belum diketahui, namun diperkirakan melibatkan berbagai sistem dalam tubuh, khususnya sistem metabolisme energi dan transport ion. Beberapa ahli merasa CFS lebih cocok dianggap sebagai gejala, bukan suatu kondisi penyakit. Selain itu, terdapat teori yang menganggap CFS dipengaruhi oleh kesehatan mental seseorang.
Anamnesis biasanya akan mengungkap keluhan utama kelelahan yang berlebihan, gangguan kognitif, dan intoleransi ortostatik. Pemeriksaan fisik dan laboratorium pada pasien dengan CFS umumnya menunjukkan hasil normal sehingga sering terjadi underdiagnosed atau misdiagnosed. Hal ini menyebabkan pasien dengan CFS mendapatkan terapi yang tidak sesuai.[1-3]
Belum ada terapi kuratif untuk CFS. Dalam pendekatan farmakologis untuk pengelolaan CFS, basis bukti ilmiah masih kurang meyakinkan. Contoh obat yang telah dilaporkan efektif untuk CFS adalah dextroamphetamine dan nefazodone.[2]
CFS menimbulkan banyak keterbatasan pada pasien yang berakibat pada gangguan fungsi kehidupan sehari-hari. Edukasi dan promosi kesehatan terutama ditujukan untuk membantu menghilangkan stigma dan membantu pasien untuk bisa beraktivitas secara optimal.[1,4]