Etiologi Chronic Fatigue Syndrome
Etiologi pasti chronic fatigue syndrome (CFS) atau ensefalomielitis myalgik belum diketahui. Hingga kini belum ada penelitian yang adekuat yang mampu menunjukkan hubungan kausal antara CFS dengan penyebab tertentu. Meski demikian, CFS telah dikaitkan dengan adanya gangguan neurologi, imunologi, dan saraf otonom.[1,2]
Gangguan Neurologi
CFS diperkirakan berkaitan dengan berbagai gangguan neurologi, seperti peningkatan kadar serotonin, neuroinflamasi, dan gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA).[2]
Gangguan Imunologi
Pasien CFS dilaporkan memiliki kadar sitokin proinflamasi yang lebih tinggi. CFS juga telah dikaitkan dengan autoimunitas dan gangguan sel natural killer.[2]
Gangguan Saraf Otonom
Gangguan pada saraf otonom diperkirakan menyebabkan pasien memiliki kesulitan dalam ekstraksi oksigen. Gangguan saraf otonom telah dikaitkan dengan gejala CFS yaitu gangguan tidur dan intoleransi ortostatik.[2]
Infeksi Virus
Terdapat indeks onset infeksi yang tinggi pada setidaknya setengah dari pasien CFS. Pasien CFS juga dilaporkan mengalami disregulasi biokimia dari jalur pertahanan antivirus 2-5A synthetase/ ribonuclease L di monosit.[2] Beberapa virus yang dikaitkan dengan CFS antara lain viru Epstein-Barr, virus Ross River, dan virus Coxiella burnetii.[3]
Depresi
Kontribusi depresi terhadap perkembangan CFS masih kontroversial, karena tidak jelas apakah CFS dapat berkembang sebagai akibat dari depresi, atau sebaliknya depresi dan kecemasan berkembang pada pasien yang sudah memiliki CFS. Konsensusnya adalah bahwa depresi pada pasien dengan CFS harus diobati untuk mengelola CFS dengan lebih baik.[15]
Faktor Risiko
Penelitian menunjukkan kemungkinan kontribusi faktor genetic sebagai faktor risiko timbulnya CFS.[3] Selain itu, sebagian pasien melaporkan adanya disregulasi irama sirkadian sebagai faktor predisposisi dan adanya pemicu yang mendahului timbulnya gejala-gejala CFS, seperti penyakit fisik berat, operasi, kecelakaan, maupun trauma fisik dan psikologis.[4]