Epidemiologi Chronic Fatigue Syndrome
Data epidemiologi chronic fatigue syndrome (CFS) atau ensefalomielitis myalgik menunjukkan bahwa gangguan ini mengenai perempuan 3 kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan sering didahului oleh penyakit infeksi seperti mononukleosis atau COVID-19.[1,7]
Global
Prevalensi global CFS diperkirakan antara 0,1% hingga 0,7%. Insidensi kasus baru diperkirakan sebesar 0.015 kasus baru per 1000 orang tahun.[7,8]
Prevalensi CFS di layanan primer di Inggris dilaporkan sekitar 0,2%.[4] Dalam sebuah studi di Skotlandia, kejadian tahunan CFS diperkirakan sebesar 370 per 100.000 individu.[2]
Indonesia
Belum ada penelitian yang membahas secara spesifik mengenai CFS di Indonesia, sehingga prevalensi dan epidemiologi gangguan ini belum diketahui.
Mortalitas
CFS belum pernah dikaitkan secara langsung dengan mortalitas. Meski demikian, penyakit ini dapat memberi kerugian bermakna bagi pasien, baik dalam segi kemandirian ataupun produktivitas. Durasi rata-rata penyakit adalah sekitar tujuh tahun, 25% dari pasien CFS telah dilaporkan menjadi pengangguran. Pasien dengan CFS telah dilaporkan mengalami dampak kehilangan pendapatan dan upah tahunan bermakna.
Pasien dengan CFS jarang mengalami pemulihan penuh, tetapi dapat merasakan adanya perbaikan gejala. Beberapa faktor risiko yang memprediksi prognosis pasien adalah keparahan gejala pada saat onset, standar manajemen awal penyakit, memiliki ibu dengan CFS, serta adanya diagnosis komorbiditas fibromyalgia.[2]