Patofisiologi Chronic Fatigue Syndrome
Patofisiologi pasti chronic fatigue syndrome (CFS) atau ensefalomielitis myalgik belum diketahui. Meskipun demikian, masalah utama pada CFS diperkirakan akibat gangguan sintesis dan penggunaan molekul energi utama (ATP) dan sistem glikolisis. Hal ini yang menyebabkan adanya fatigue, terutama pasca aktivitas.[1,3]
Gangguan Sistem Imun
Perubahan respon sistem imun terhadap infeksi atau stress diperkirakan berperan dalam terjadinya CFS. Mekanisme yang memperantarai adalah produksi sitokin secara kronis, penurunan aktivasi sel natural killer (NK), dan masalah pada aktivasi sel T. Mekanisme lainnya adalah gangguan pada aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) ketika merespon stress. Pada pasien dengan CFS, juga ditemukan adanya abnormalitas kadar sitokin dalam cairan serebrospinal.[2,3,5]
Inflamasi dan Stres Oksidatif
Pasien dengan CFS telah dilaporkan memiliki kadar sitokin proinflamasi yang lebih tinggi. Pasien CFS juga telah dilaporkan memiliki aktivasi signifikan dari stres oksidatif. Terdapat studi yang melaporkan peningkatan biomarker stres oksidatif dalam darah, terutama isoprostane, LDL teroksidasi, dan iso-prostaglandin F2. Kapasitas antioksidan juga dilaporkan berkurang, seperti yang ditunjukkan oleh kadar glutathione.[2]
Gangguan Transmisi Serotonin
Serotonin (5-HT) adalah monoamin yang terlibat dalam patofisiologi banyak kondisi neuropsikiatri dengan gejala mirip CFS, terutama kelelahan ekstrem yang tidak membaik dengan istirahat. Pada kasus kelelahan sentral misalnya, telah dilaporkan adanya peningkatan kadar serotonin dan metabolitnya di sistem saraf pusat.[2]
Gangguan Neuroendokrin
Gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) diperkirakan berperan dalam terjadinya CFS. Hal ini didasarkan pada pengamatan bahwa kondisi klinis dengan kelelahan yang berat umumnya berkaitan dengan kadar kortisol yang rendah.[2]
Gangguan Saraf Otonom
Pada CFS diperkirakan juga terjadi gangguan pada sistem saraf otonom sehingga menimbulkan keluhan berupa gangguan tidur dan intoleransi ortostatik.[1] Hal ini diperkirakan karena pasien dengan CFS mengalami kesulitan dalam ekstraksi oksigen, sehingga mempunyai ambang anaerobik yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan pasien mempunyai detak jantung, tekanan darah, dan preload yang lebih rendah ketika beraktivitas.[5]
Neuroinflamasi
Gangguan kognitif yang timbul pada CFS diperkirakan akibat adanya inflamasi otak dan penurunan volume white matter dan gray matter di berbagai area di otak.[1,6] Pada beberapa kasus, inflamasi bisa dipicu oleh adanya infeksi di otak. Namun inflamasi di luar otak juga bisa memicu aktivasi sistem imun di otak, baik melalui disrupsi pada sawar darah otak atau melalui aktivasi retrograde saraf vagus.[5]
Infeksi Virus
Keterlibatan virus adalah teori patofisiologi yang didukung dengan oleh banyak bukti ilmiah tidak langsung. Setidaknya setengah kasus CFS dilaporkan berkaitan dengan onset infeksi. Pasien CFS juga dilaporkan mengalami disregulasi biokimia dari jalur pertahanan antivirus 2-5A synthetase/ribonuclease L di monosit.[2]