Epidemiologi Intoksikasi Zat Psikoaktif
Terdapat data epidemiologi yang menunjukkan bahwa intoksikasi zat psikoaktif tersering berkaitan dengan penggunaan amfetamin. Intoksikasi sering menimbulkan kematian secara tidak langsung, khususnya akibat trauma yang terjadi ketika pasien mengalami intoksikasi.[1]
Global
Sebuah penelitian di Eropa menemukan bahwa di antara pasien-pasien dengan diagnosis intoksikasi zat psikoaktif, sebesar 71,4% adalah akibat penggunaan amfetamin. Penelitian yang sama menemukan intoksikasi zat psikoaktif 22,3% akibat kokain; methdimetilamfetamin (MDMA) sebesar 9,2%; dan metilfenidat sebesar 1,1%. Amfetamin biasanya digunakan dalam kombinasi dengan opioid dan benzodiazepine, sedangkan MDMA sering dikombinasikan dengan alkohol.[7]
Kelompok usia yang paling banyak menyalahgunakan benzodiazepine dan mengalami intoksikasi adalah remaja dan lansia. Pada lansia umumnya karena keluhan insomnia yang persisten.[1]
Indonesia
Belum ada laporan atau penelitian yang dilakukan mengenai prevalensi intoksikasi zat psikoaktif maupun trauma yang diakibatkannya di Indonesia.
Mortalitas
Secara global, intoksikasi alkohol terlibat dalam 13,5% kematian pada rentang usia 20-39 tahun. Seringkali penyebab kematiannya adalah kecelakaan ketika sedang mengalami intoksikasi alkohol.[1]
Pada kasus intoksikasi, risiko fatalitas meningkat sampai 30% di area pinggiran bila dibandingkan area urban. Hal ini umumnya terkait dengan akses ke fasilitas kesehatan yang sulit.[8]